Peluang IoT dan Tantangan IoT di Indonesia dan Dunia
Peluang IoT di Indonesia sangatlah besar. Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar nomor 4 di dunia, potensi pasar Indonesia sangat menjanjikan bagi perkembangan IoT.
IoT juga mengincar sektor-sektor strategis di level internasional. Cepat atau lambat, IoT akan menjadi standar baru. Walaupun saat ini perannya masih sebatas teknologi pelengkap, di masa depan nanti, IoT adalah bagian dari kebutuhan.
Namun di sisi lain, IoT juga menghadapi berbagai macam tantangan. Sebagai pendatang baru di bidang teknologi, implementasi IoT memang belum menyeluruh sehingga menyisakan berbagai permasalahan yang belum teratasi.
Mari kita lihat lebih dekat berbagai peluang dan tantangan IoT di Indonesia dan dunia.
Peluang IoT
Saat ini, hampir semua perusahaan di dunia masih menggunakan modus operandi yang sangat sederhana: jika ada yang rusak, perbaiki!
Masuknya IoT menawarkan kemungkinan yang lebih baik: jika ada indikasi kerusakan, cegah!
IoT memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan dari segi efektivitas, efisiensi, hingga keselamatan. Beberapa manfaat yang sudah dirasakan dunia industri dengan hadirnya IoT, antara lain:
1. Manajemen Fasilitas
Semua perusahaan, terutama yang operasionalnya sangat bergantung pada fasilitas produksi seperti industri manufaktur, memerlukan manajemen fasilitas yang lebih memadai. Selama ini, perawatan dan perbaikan fasilitas masih berdasarkan kondisi yang indikasinya seringkali terlambat.
Perusahaan hanya akan melakukan perbaikan saat terjadi kerusakan, mengganti komponen saat sudah tidak bisa digunakan, dan menghentikan produksi setelah mesin mati total.
Namun dengan adanya IoT, perusahaan bisa lebih fokus ke upaya pengawasan dan pencegahan. Sensor IoT mampu mendeteksi suhu, tekanan, getaran, dan indikator lainnya secara real time dan akurat.
Setiap indikasi kerusakan pun terdeteksi sejak awal sehingga perusahaan bisa mengambil langkah pencegahan secepatnya. Inilah salah satu peluang IoT: menekan kerugian akibat kerusakan fasilitas.
2. Manajemen Inventaris
Selain fasilitas, manajemen inventaris juga tidak kalah penting dalam dunia industri. Kemampuan dalam memantau pergerakan supply chain berpengaruh langsung terhadap kinerja perusahaan.
Meskipun sudah dibantu dengan software ERP yang mencakup manajemen inventaris, nyatanya masih banyak perusahaan yang kesulitan mengatur rantai produksi mereka.
Masuknya IoT ke dunia industri akan mengatasi permasalahan ini. Dengan sensor pintar di titik-titik strategis, misalnya di pintu keluar-masuk barang dan gudang penyimpanan, aktivitas stok bisa terpantau secara maksimal.
Jadi, selain mengandalkan hasil input manual oleh operator, sensor IoT juga akan membantu mengawasi inventaris. Kerugian akibat data yang tidak akurat akibat human error pun bisa dicegah berkat peluang IoT.
3. Meningkatkan Keamanan Industri
Tingginya angka kecelakaan kerja di sektor industri, terutama di bagian produksi, memaksa kita memeras otak untuk mencari cara meningkatkan keselamatan pekerja.
Dari sinilah muncul inovasi IoT industri dan IoT migas. Sebagian manfaatnya sudah terasa, sisanya masih berupa potensi. Bagaimanapun juga, peluang IoT merupakan solusi terbaik untuk mengatasi isu keselamatan kerja.
Beberapa implementasinya antara lain:
- Mendeteksi kerusakan fasilitas yang membahayakan keselamatan
- Menjadi smart device yang melekat ke seragam kerja
- Mengirimkan alert saat menemukan potensi bahaya, dan lain-lain
4. Smart Metering
Penggunaan sumber daya juga turut mempengaruhi keuangan perusahaan. Seberapa besar perusahaan menggunakan daya listrik, air, dan bahan bakar dalam setiap siklus produksi, berpengaruh pada neraca untung-rugi. Sayangnya, pos pengeluaran ini masih sering berada di ‘kolom tepi’ anggaran perusahaan.
Padahal, IoT mampu memberikan data akurat mengenai penggunaan sumber daya industri. Dibandingkan dengan alat meteran tradisional, smart metering IoT memiliki tingkat akurasi yang jauh lebih tinggi.
Perusahaan pun dapat mengontrol penggunaan sumber daya dengan lebih presisi. Secara global, peluang IoT berarti pengelolaan anggaran yang lebih strategis, mengurangi pengeluaran yang tidak perlu, meningkatkan keuntungan, dan tentu saja menjaga kelestarian lingkungan.
Tantangan IoT
Peluang IoT sangatlah besar, tetapi adopsinya masih belum maksimal. Kendalanya terletak pada berbagai tantangan yang seringkali membuat banyak orang ragu untuk menjajal IoT. Beberapa tantangan IoT terbesar di sektor industri adalah:
1. Celah Keamanan
Kita tidak bisa berkilah dari fakta bahwa tingkat keamanan IoT masih menjadi tantangan. Padahal posisi IoT di sektor strategis dan data krusial yang disimpannya menjadi sasaran empuk para hacker. Kebocoran data dan peretasan IoT bisa sangat merugikan perusahaan.
Kabar baiknya, para produsen antivirus global mulai serius menggarap keamanan IoT. Dalam beberapa tahun ke depan, dunia industri bisa lebih percaya diri mengadopsi IoT tanpa terlalu mengkhawatirkan faktor keamanan.
2. Belum Ada Standar yang Baku
Di Indonesia, kita menyebutnya dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Di level internasional, standar yang paling populer adalah International Organization for Standardization (ISO).
Baik di level nasional maupun internasional, IoT belum memiliki standar baku sebagai acuan. Hal ini membuat banyak orang, mulai dari pakar, praktisi, pengusaha, hingga pemerintah, kesulitan untuk mengimplementasikan IoT.
Tentu semua pihak membutuhkan acuan untuk memahami dan menerapkan IoT. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa IoT memenuhi aspek fungsionalitas, keamanan, dan aspek-aspek lain seperti perangkat teknologi pada umumnya.
Singkatnya, semua orang masih bingung untuk mengadopsi IoT secara baik dan benar, karena ukuran baik dan benar IoT juga belum ditetapkan.
3. Biaya IoT Masih Terbilang Mahal
Mungkin inilah masalah terbesar bagi dunia industri dalam mengadopsi IoT. Biaya untuk implementasi IoT masih terbilang mahal dengan output yang lebih bersifat prediktif.
“Kalau sistem yang sekarang saja sudah okay, kenapa saya harus adopsi IoT?”. Seperti itulah pola pikir banyak pihak dalam menyikapi tren IoT. Saat ini IoT masih sebatas pelengkap dan belum menjadi kebutuhan umum di dunia industri.
Return of Interest (ROI) IoT belum cukup ‘memikat’ para pemangku kepentingan. Terutama mindset klasik yang selalu mengharapkan hasil langsung dari suatu investasi. Padahal return IoT berasal dari peningkatan efektivitas dan efisiensi, yang berarti hasil berantai dari suatu implementasi.
4. Staff Ahil IoT Masih Jarang
Kasus ini terjadi di Indonesia. Dunia teknologi nasional masih terbatas pada implementasi perangkat lunak (software), sedangkan integrasinya dengan perangkat elektronik seperti robotik dan IoT masih agak terbelakang.
Hal ini membuat para pelaku industri kesulitan untuk melakukan implementasi. Mulai dari perencanaan, instalasi, hingga perawatan, semuanya memerlukan tenaga ahli. Kelangkaan sumber daya manusia di bidang IoT adalah tantangan lain yang harus segera diatasi dengan program pelatihan intensif.
Untungnya, banyak software house nasional, termasuk Nocola IoT Solution, yang mulai menjajaki pasar IoT. Dengan layanan dan konsultasi yang ditawarkan, dunia industri nasional bisa mulai mengenal dan mencicipi manfaat dari IoT.
Peluang IoT Versus Tantangan IoT
Dengan pertimbangan plus-minus yang sudah kita rinci di atas, sekarang kita dapat melihat bagaimana dinamika IoT di Indonesia dan dunia saat ini.
Terlihat jelas bahwa semua tantangan IoT sesungguhnya berakar pada rendahnya wawasan IoT. Hal ini menyebabkan banyak faktor terbengkalai dan belum teratasi. Namun seiring dengan semakin populernya IoT, secara otomatis semua pihak akan menjalankan perannya demi mengoptimalkan faktor IoT menjadi lebih baik.
Kesimpulannya, tantangan IoT bukan berasal dari kelemahan teknologi itu sendiri, melainkan dari masih asingnya IoT di dunia industri. Hanya menunggu waktu sampai kita dapat meningkatkan kualitas industri dengan berbagai peluang IoT.
5 Contoh Penerapan Aplikasi IoT Migas
IoT migas adalah implementasi IoT di industri minyak dan gas bumi. Seperti yang Anda ketahui, saat ini sektor migas masih mendominasi pasar global karena perannya yang sangat vital.
Meskipun tren kendaraan berbahan bakar listrik kian populer berkat invensi Elon Musk, butuh waktu beberapa puluh tahun sebelum dominasi mobil listrik memaksa mobil berbahan bakar minyak untuk pensiun.
Sembari menunggu pergeseran tren dari mobil minyak ke mobil listrik, kita tetap perlu memaksimalkan cara kerja industri migas. Salah satunya dengan adopsi IoT guna mengisi celah-celah yang selama ini menjadi penyebab masalah.
Berbagai isu di industri migas harus kita tangani. Mulai dari volatilitas harga akibat manajemen stok yang menantang, kerugian dari kerusakan komponen dan kesalahan analisis, hingga keselamatan pekerja migas.
Mari kita lihat apa saja perubahan yang sudah IoT berikan di industri migas, beserta potensi IoT lain yang selama ini belum kita manfaatkan.
Aplikasi IoT Migas dari Hulu ke Hilir
IoT migas mampu mengisi titik-titik krusial yang selama ini sulit untuk ditangani secara manual. Pun dengan bantuan alat-alat mekanik, pekerja tetap mengalami kesulitan selama proses pengerjaan. Belum lagi dengan tingginya risiko keselamatan yang membuat pekerja merasa was-was saat terjun ke lapangan.
Dengan IoT, semua masalah tersebut bisa diatasi, atau setidaknya diminimalisir, seperti beberapa contoh di bawah ini.
1. Akses Remote ke Lokasi Tambang
Tidak ada tambang minyak dan gas yang terletak di area perumahan yang dekat dengan pusat perbelanjaan dan hiburan. Sebaliknya, lokasi tambang biasanya terletak di tengah laut, perbukitan, atau area lain yang jauh dari aktivitas masyarakat.
Hal ini menimbulkan banyak tantangan bagi pelaku industri migas. Mereka harus menemukan cara untuk menjalankan operasional tambang seefisien mungkin sekalipun berada di lokasi yang menantang.
Sementara itu, berbagai isu keselamatan, perijinan, harga peralatan, dan risiko kecelakaan terus mengintai. Manajemen harus mencari cara untuk mencegah hal-hal buruk terjadi dan terhindar dari kerugian.
Dengan IoT migas, kontrol operasional bisa dilakukan secara remote dari pusat kendali. Gabungan sensor dan peralatan tambang berteknologi tinggi memungkinkan operator untuk mengelola operasional dengan tenaga manusia seminimal mungkin.
Sensor IoT juga mampu mendeteksi berbagai kerusakan, anomali, dan hal-hal berbahaya lain sebelum keadaan kian memburuk. Risiko minyak tumpah misalnya, bisa ditekan dengan deteksi kebocoran dini oleh sensor IoT.
Industri hulu menanggung kerugian miliaran USD per tahun selama non-productive time (NPT). Jika industri hulu mengadopsi IoT untuk memprediksi kerusakan dan perawatan terjadwal, kegagalan komponen tentu lebih jarang terjadi.
Hebatnya, operator bisa menjalankan semua fungsi tersebut secara remote tanpa harus terjun langsung ke lokasi. Jika pada kondisi tertentu operator harus turun tangan ke lapangan, operator sudah mengetahui letak masalah dan cara menanganinya berkat data dari IoT..
2. Perawatan Alat Tambang
Selama ini, pengawasan dan perawatan alat tambang bukanlah hal yang mudah. Terutama peralatan yang berada di titik-titik berbahaya seperti sumur pengeboran bawah laut. Bahkan mengirimkan teknisi ke titik tersebut sama sekali tidak terdengar sebagai ide yang bagus.
Mungkin inilah pos ideal untuk IoT. Semua posisi yang sulit atau tidak memungkinkan untuk kerja manual pasti memerlukan solusi alternatif non tenaga manusia.
Dengan menyematkan IoT di peralatan tambang, IoT bisa memantau kinerja dan kondisi alat-alat tersebut secara real time dan akurat. Data langsung tersimpan ke server cloud agar software bisa mengaksesnya untuk keperluan monitoring.
Misalnya, jika koil terlalu panas, sensor IoT akan mengirimkan alert ke pusat kontrol bahwa koil sudah mendekati kerusakan. Teknisi kemudian memprediksi penyebab dan solusi terbaik untuk menindaklanjuti alert tersebut.
Dengan bantuan IoT migas, teknisi bisa memutuskan kapan harus mematikan, memperbaiki, atau mengganti komponen berdasarkan indikasi dari data IoT. Kerusakan sekecil apapun bisa segera teratasi sebelum merambat ke bagian lain dan menimbulkan kerugian yang lebih besar.
3. Kesehatan dan Keselamatan Pekerja
Berdasarkan data dari Centers for Disease Control (CDC), antara Januari 2015 hingga Januari 2017 terjadi berbagai kecelakaan kerja di sektor migas dengan rincian sebagai berikut:
- 602 kecelakaan
- 481 rawat inap
- 166 amputasi
Angka di atas menunjukkan bahwa risiko keselamatan para pekerja migas perlu mendapat perhatian khusus. Apalagi lokasi tambang yang berada di titik-titik berbahaya tentu mengancam keselamatan pekerja.
Setidaknya, IoT migas bisa meminimalisir semua risiko tersebut melalui analisis dini. Bermodalkan data dari IoT, pekerja tidak turun ke lapangan tanpa mengetahui letak masalah dan risiko yang akan mereka hadapi. Pekerja pun dapat mengambil langkah paling aman dan efisien dalam mengeksekusi tugas.
IoT juga bisa menjadi smart device yang terhubung ke pakaian kerja. Perannya adalah untuk memonitor berbagai indikator meliputi posisi, suhu, tekanan, mobilitas, dan mendeteksi kerusakan pada pakaian.
Dengan begitu, pekerja langsung menerima alert apabila IoT menemukan ancaman keselamatan. Bahkan bila terjadi kecelakaan kerja, IoT bisa mengirimkan alert ke pihak tertentu untuk meminta evakuasi secara otomatis, saat pekerja terluka atau bahkan pingsan misalnya.
4. Memantau Aset Perusahaan
Enterprise Asset Management (EAM) adalah kebutuhan industri migas untuk mengelola aset perusahaan. Fungsinya tidak hanya untuk menjaga aset dari pencuri, tapi juga untuk memaksimalkan produktivitas dan meningkatkan efisiensi operasional.
Volatilitas harga minyak yang kerap bergerak drastis memaksa operator migas untuk bergerak cepat mencari pos-pos yang perlu optimalisasi. Tujuannya untuk mengurangi pengeluaran di sektor-sektor yang memungkinkan guna mengurangi biaya operasional dan menstabilkan harga minyak.
IoT migas mampu mengontrol kapasitas produksi di berbagai titik penambangan untuk mengurangi surplus maupun defisit stok. Perlu Anda ketahui, kegagalan di satu pompa saja bisa merogoh kocek perusahaan hingga 300 ribu USD untuk perbaikan. Belum termasuk kerugian akibat potensi produksi yang terlepas akibat operasional yang tersendat.
5. Manajemen Data
Dengan semakin banyaknya perangkat yang terhubung, perusahaan migas dapat mengumpulkan data dalam jumlah besar. Perusahaan utilitas bahkan bisa memproses hingga 1,1 miliar titik data per hari yang menghasilkan data mentah sebesar 1 Terabyte.
Dengan data sebesar dan selengkap ini, bayangkan berapa banyak insights yang bisa kita dapatkan untuk memaksimalkan kinerja industri migas. Namun tantangan lain pun muncul berkaitan dengan manajemen data.
Karena data berasal dari banyak perangkat IoT migas dengan format data yang berbeda-beda, pengelola perlu mencari cara untuk menyimpan dan mengolah data tersebut menjadi insight yang bernilai.
Untungnya, teknologi cloud computing menawarkan solusi penyimpanan data yang lebih aman sekaligus efisien untuk industri. Di sisi lain, edge computing mampu menjalankan pengolahan data secara cepat dan akurat, bahkan otomatis.
Semua itu akan membuka banyak peluang dan kemungkinan yang selama ini tak terlihat.
IoT Migas untuk Dunia yang Lebih Baik
Apapun yang terjadi pada industri migas akan berdampak ke semua bidang. Katakanlah harga minyak naik 20%, kompak semua harga kebutuhan juga akan melonjak karena distribusi barang dan jasa mengandalkan minyak bumi.
Sementara itu, operator migas masih menghadapi berbagai rintangan dan kesulitan yang kerap menghambat proses produksi. Bahkan kecelakaan kerja terjadi ratusan kali per tahun dengan dampak yang fatal, baik untuk pekerja maupun perusahaan.
Semua itu berisiko mengganggu stabilitas produksi dan harga minyak dan gas global. Itulah mengapa kita perlu segera memaksimalkan adopsi IoT migas demi mewujudkan kualitas hidup yang lebih baik.
Deteksi Banjir dengan IoT, Jangan Tunggu Tenggelam!
Deteksi banjir dengan IoT adalah solusi untuk meminimalisir kerugian akibat banjir. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan daerah rawan banjir lainnya, teknologi ini menjadi ‘pengawas pintar’ yang berjaga 24 jam.
Pendeteksi banjir berbasis IoT memudahkan pemerintah dalam melakukan pengawasan dan peringatan dini. Tujuannya untuk meminimalisir korban dan kerugian akibat meluapnya air di daerah rawan.
Sistem monitoring banjir berbasis IoT juga menawarkan akurasi tingkat tinggi dengan kualitas olah data yang mumpuni. Dibandingkan sistem monitoring manual yang masih mengandalkan teknologi lama, IoT tentu lebih menjamin keselamatan dan keamanan masyarakat dari bencana banjir.
Cara Kerja Sistem Pendeteksi Banjir IoT
Bagian paling vital dari sistem deteksi banjir dengan IoT adalah sensor. Karena sensor adalah komponen yang membaca, mengawasi, dan mengirimkan data kondisi air, maka akurasi sensor adalah kunci utama dari teknologi ini.
Di lapangan, sensor IoT bekerja dengan cara memantau berbagai indikator, di antaranya:
- Level (ketinggian) air
- Volume air
- Kuat arus dan tekanan air, dan lain sebagainya
Sensor kemudian mengirimkan data ke software yang bertugas untuk mengolah data. Software ini memiliki informasi tentang kondisi air normal berdasarkan riwayat data ataupun input manual.
Transmisi dari sensor ke software bisa menggunakan berbagai macam jaringan sesuai kebutuhan dan kondisi di lapangan. Yang paling populer adalah infrastruktur jaringan LoRaWAN yang bekerja di pita tak berlisensi, sehingga bisa beroperasi di daerah yang tidak terjangkau sinyal seluler.
Misalnya, IoT sudah mengetahui kondisi normal air sungai berdasarkan level, volume, arus, dan tekanan. Jika suatu hari IoT menerima data dari sensor bahwa salah satu atau lebih indikator berada di atas kondisi normal, ketinggian air yang meningkat dan arus yang terlalu kuat misalnya, maka software menyimpulkan bahwa sungai berada di status rawan.
Tingkatan dan kriteria status pun beraneka ragam. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menggunakan istilah Siaga dan Waspada sebagai status peringatan banjir. Status Siaga pun terbagi lagi ke dalam Siaga 1 sampai 4 sesuai kondisi masing-masing wilayah.
Setelah software menemukan potensi banjir, software akan memberikan alert sebagai peringatan. Alert bisa berupa sirine, notifikasi smartphone, hingga buka-tutup jalur air otomatis.
Begitu menerima alert dari IoT, pihak berwenang bisa segera mengambil langkah mitigasi dengan mengevakuasi warga dan upaya-upaya lain sesuai standar mitigasi bencana.
Warga sekitar pun bisa langsung mengambil inisiatif dengan mengamankan harta benda dan menjalankan prosedur evakuasi yang sudah dilatih sebelumnya.
Dengan begitu, jumlah korban dan kerugian akibat banjir bisa ditekan. Sedangkan tanpa sistem deteksi banjir dengan IoT, banjir bisa mengakibatkan kerugian lebih besar akibat kurangnya antisipasi.
3 Jenis Sensor Deteksi Banjir dengan IoT
Anda sudah memahami cara kerja IoT deteksi banjir dan betapa pentingnya akurasi sensor di dalamnya. Cara membuat alat deteksi banjir menggunakan IoT pun bertumpu pada jenis sensor yang Anda pakai. Setidaknya ada 3 jenis sensor yang umum digunakan untuk teknologi ini.
1. Sensor Ultrasonic
Sensor ultrasonic adalah sensor IoT deteksi banjir yang bekerja dengan cara mengirimkan gelombang suara untuk menentukan ketinggian air. Jenis Sensor ini sangat cocok digunakan untuk memantau level air di tangki industri ataupun ketinggian air sungai dari jembatan.
Caranya, sensor mengirimkan gelombang suara yang akan memantul begitu mencapai permukaan air. Dari sini, sensor mendapatkan data berupa waktu yang dibutuhkan gelombang untuk memantul kembali.
Data ini mengindikasikan ketinggian air dan jarak air dari sensor. Software kemudian mengolah data ini dan membandingkannya dengan kondisi normal untuk menentukan apakah ketinggian air masih dalam batas wajar atau sudah memasuki kondisi rawan.
Sampai saat ini, sensor ultrasonic adalah sensor deteksi banjir dengan IoT andalan berstandar industri berkat akurasi dan frekuensi gelombang suaranya yang tinggi.
2. Sensor Transduser Tekanan
Transduser tekanan adalah sensor IoT deteksi banjir yang bekerja dengan cara mengukur bobot air. Cara kerjanya secara umum sama seperti timbangan.
Bekerja dari dasar air, sensor ini mengukur bobot air yang berada di atasnya. Bobot ini memberikan gambaran tentang seberapa banyak air yang berada di area tersebut.
Sama seperti ultrasonic wave, software kemudian membandingkan data dari sensor dengan bobot wajar air pada kondisi normal. Jika data sensor melampaui bobot wajar, maka software akan menyalakan alert untuk memperingatkan semua orang.
Ada tantangan tersendiri untuk sensor ini. Karena berada di dasar air, ada banyak skenario tak terduga yang berpotensi mengganggu sensor. Misalnya, kandungan lumpur, sampah, dan apapun yang mengendap di dasar air akan menambah bobot keseluruhan.
Hal ini bisa berakibat fatal. Sensor transduser tekanan mungkin saja menyalakan alert karena bobot yang terlampau tinggi. Padahal yang bobotnya tinggi bukanlah air melainkan endapan lumpur dan sampah.
Untuk skenario industri yang terkontrol seperti sumur uji coba, sensor ini bisa bekerja maksimal. Tapi di area yang tidak terkontrol seperti sungai atau danau, sensor transduser tekanan bukan pilihan yang tepat untuk membuat sistem deteksi banjir dengan IoT.
3. Sensor Radar
Sensor radar adalah sensor IoT deteksi banjir yang cara kerjanya menyerupai ultrasonic, namun lebih canggih. Walaupun sama-sama mengirimkan gelombang untuk mendeteksi ketinggian, sensor radar mampu memberikan hasil lebih akurat.
Alasannya karena sensor radar menggunakan probe untuk memandu radar dan gelombang elektromagnetik dalam mendeteksi objek. Jadi gelombang hanya akan memantul saat menabrak objek yang tepat, bukan objek lain yang berpotensi mengganggu pekerjaan sensor.
Mari kita buat ilustrasi air sungai. Terkadang, permukaan air sungai mengandung busa atau uap akibat limbah industri, deterjen, dan lain sebagainya. Jika Anda menggunakan sensor ultrasonic, gelombang akan memantul saat menabrak busa atau uap.
Hal ini tentu saja menghasilkan data yang tidak akurat. Sensor akan mengira bahwa level air sangat tinggi, padahal yang memantulkan gelombang sensor bukanlah permukaan air melainkan busa atau uap di atasnya.
Sedangkan jika Anda menggunakan sensor radar, gelombang dari sensor hanya akan memantul saat menyentuh air. Probe pada sensor mampu mengenali objek dan memberi instruksi kepada gelombang untuk menembus objek tersebut atau memantul kembali.
Dengan begitu, hasil deteksi sensor radar tentu lebih akurat daripada sensor ultrasonic. Sensor radar merupakan solusi terbaik untuk membuat deteksi banjir dengan IoT, meskipun harganya juga lebih mahal dibandingkan jenis sensor yang lain.
Deteksi Banjir dengan IoT untuk ‘Mengawal’ Daerah Rawan
Bencana banjir di Indonesia selalu masuk dalam agenda musibah tahunan nasional. Ibukota merupakan wilayah yang paling rawan mengalami banjir setiap musim penghujan.
Meskipun berbagai upaya terus dilakukan untuk mencegah, mengurangi, dan mengantisipasi banjir, nyatanya pola yang sama masih terus berulang dengan nilai kerugian mencapai puluhan milyar rupiah.
Sembari menata infrastruktur dan irigasi guna mengatasi banjir tahunan, pemerintah sebaiknya juga meningkatkan sistem pengawasan dan mitigasi bencana banjir.
Dan setiap membicarakan langkah pengawasan dan mitigasi, solusi terbaik yang harus secepatnya kita adopsi adalah deteksi banjir dengan IoT.
Mengenal Smart Parking: Lebih dari Sekedar Parkir Pintar
Smart parking adalah fasilitas area parkir yang dilengkapi dengan teknologi IoT. Seperti biasa, di mana pun IoT mengambil peran, di situlah Anda akan menemukan banyak hal yang mengundang decak kagum.
Rupanya, definisi smart parking tidak hanya terbatas pada kenyamanan pengemudi. Manfaat smart parking juga bisa dirasakan oleh pemilik bisnis, pemerintah, hingga masyarakat umum. Lingkupnya tidak hanya di bidang manajemen parkir, namun lebih luas hingga ke sektor perpajakan dan kesejahteraan sosial.
Penasaran untuk mengetahui apa itu smart parking dan bagaimana implementasinya?
Smart Parking adalah Solusi Semua Pihak
Anda mungkin berpikir bahwa smart parking hanya akan menguntungkan dua pihak: pengemudi dan pengelola parkir. Faktanya, sistem parkir pintar mampu membawa manfaat bagi banyak orang, baik secara langsung maupun tidak langsung.
1. Smart Parking bagi Pengemudi
Pernahkah Anda berputar-putar di sebuah gedung hingga ke lantai sekian puluh hanya untuk mencari area parkir kosong? Ini merupakan pengalaman yang menyebalkan dan membuang-buang waktu.
Smart parking adalah solusi yang selama ini kita tunggu-tunggu. Dengan smart parking, Anda bisa mendapatkan informasi tentang ketersediaan lahan parkir di lokasi yang Anda tuju.
Cukup mengakses layanan smart parking dari smartphone Anda, informasi lengkap pun Anda dapatkan meliputi nomor lantai, blok, hingga denah menuju titik tersebut. Saat kembali, Anda bisa dengan mudah menemukan posisi parkir mobil Anda lewat menggunakan denah yang sama.
Semua ini merupakan hasil dari smart parking yang berkolaborasi dengan IoT transportasi.
2. Smart Parking bagi Pengelola Parkir
Salah satu tantangan besar bagi pengelola parkir adalah mengawasi semua kendaraan di area mereka. Berbagai masalah di lahan parkir seperti kerusakan mobil, overtime, menjemput atau menurunkan penumpang di luar zona drop-off, dan lain sebagainya, adalah pemandangan sehari-hari.
Sayangnya, data dari Fybr mengungkapkan fakta bahwa hanya 5% pelanggar parkir yang menerima sanksi. 95% sisanya adalah potensi pendapatan tambahan yang terbuang begitu saja.
Melakukan pengawasan secara manual, meskipun sudah dibantu dengan CCTV, bukanlah hal yang mudah. Lebih sulit lagi memberikan penalti manual karena kerap berakhir dengan perdebatan antara pengelola dan pengemudi.
Namun dengan adanya IoT di area parkir, monitoring dan penalti dapat berjalan secara otomatis. Smart parking adalah inovasi yang akan mempermudah dan meningkatkan kualitas pekerjaan pengelola parkir.
3. Smart Parking bagi Pemilik Bisnis
Anda pasti sering menjumpai hotel, restoran, atau lokasi bisnis lain yang mencantumkan ‘parkir luas’ sebagai bagian dari iklan mereka. Ya, akses parkir memang krusial bagi pebisnis.
Lahan parkir yang sempit, sesak, dan tidak dikelola dengan baik pasti membuat Anda merasa ilfeel. Padahal banyak perusahaan yang, karena keterbatasan lahan, mengandalkan fasilitas parkir umum untuk pengunjung mereka.
Namun dengan smart parking, masalah ini bisa dengan mudah teratasi. Smart parking adalah teknologi yang membuat parkir mobil terasa lebih nyaman, sekaligus meningkatkan penghasilan pebisnis lewat fasilitas parkir yang lebih memuaskan.
Menggabungkan berbagai manfaat parkir pintar berteknologi IoT, para pemilik bisnis bisa memberikan pengalaman yang lebih menyenangkan untuk pengunjung. Profit pun meningkat dengan sendirinya.
4. Smart Parking bagi Masyarakat Umum
Di kota-kota besar, ketersediaan lahan adalah masalah serius. Banyak meme sarkastik menyindir warga kota yang punya mobil tapi tak punya garasi. Alhasil, mereka pun memarkirkan mobil di tepi jalan umum yang terkadang hanya cukup dilewati satu mobil. Miris, memang.
Alternatif lainnya adalah mencari area parkir umum untuk memarkir mobil pribadi secara permanen. Contohnya seperti taman, alun-alun, dan lain sebagainya. Tentu saja hal ini bukan alternatif solusi yang tepat mengingat area tersebut semestinya diperuntukkan bagi pengunjung lokasi.
Tapi sekali lagi, dengan adanya IoT, smart parking adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah ini. Lewat manajemen parkir dan informasi ketersediaan secara online dan mobile, semua orang bisa mendapatkan lahan parkir terdekat dan termurah untuk kendaraan mereka.
Lebih jauh, smart parking juga akan meningkatkan pendapatan pajak daerah. Manfaatnya pun menyentuh semua orang dan segala bidang: infrastruktur, pendidikan, kesehatan, bantuan sosial, dan masih banyak lagi.
4 Contoh Inovasi Parkir Pintar
Anda sudah mendapatkan gambaran tentang bagaimana smart parking memberi manfaat bagi banyak pihak. Sekarang, mari kita masuk ke pembahasan teknis: apa saja yang bisa smart parking lakukan?
1. Meteran Parkir Pintar
Beberapa fasilitas parkir menerapkan sistem tiket berdurasi. Artinya, setiap pengunjung yang parkir di area tersebut hanya memiliki waktu selama sekian jam. Melebihi batas tersebut, pengunjung harus membayar semacam ‘denda’.
Sebenarnya hal ini bertujuan untuk mengakomodasi banyaknya orang yang mengantri parkir. Sayangnya, sistem ini kerap membuat pengunjung merasa kesal karena tidak memiliki kesempatan untuk memperpanjang durasi.
Tapi bagaimana jika smart parking mengirimkan notifikasi ke smartphone Anda untuk mengingatkan bahwa waktu Anda hampir habis, lalu Anda bisa memperpanjang durasi parkir hanya dengan beberapa tap?
Atau lebih jauh lagi, bayangkan jika pemilik bisnis yang sedang Anda kunjungi tiba-tiba mendapatkan notifikasi bahwa durasi parkir salah satu pengunjung mereka (Anda) hampir habis.
Lalu manajemen membayar perpanjangan parkir Anda dan berkata, ‘Pak, kami sudah memperpanjang parkir Anda, agar Anda bisa menikmati lebih banyak waktu di tempat kami’. Keren, bukan?
Semua itu bukanlah sesuatu yang fiktif. Smart parking adalah inovasi teknologi yang akan mewujudkannya.
2. Meningkatkan Prioritas Pengawasan
Melebihi batas waktu parkir memang termasuk pelanggaran. Tapi memarkirkan mobil di zona merah atau menurunkan penumpang di jalur khusus disabilitas jauh lebih berbahaya.
Terhadap jenis pelanggaran fatal semacam ini, pengelola harus lebih proaktif dalam mengawasi dan menjatuhkan sanksi. IoT bisa dirancang untuk melakukan monitoring lebih ketat di zona vital dan mengirimkan alert otomatis pada pengelola.
Kemudian, pengelola bisa segera mengambil tindakan untuk menjatuhkan sanksi pada pengendara bermodalkan rekaman CCTV pintar sebagai barang bukti. Selain untuk menegakkan disiplin, langkah ini juga membuktikan bahwa smart parking adalah teknologi penting untuk menjaga keselamatan pengguna jalan.
3. Memberikan Insentif Parkir untuk Menunjang Bisnis
Masalah parkir lain yang banyak terjadi di tanah air adalah lahan parkir minimarket. Banyak pengunjung yang mengeluh karena harus membayar parkir padahal mereka hanya berbelanja satu atau dua barang.
Lalu, banyak pebisnis yang mengambil peluang dari permasalahan ini dengan menawarkan ‘parkir gratis’ pada pengunjung. Dengan smart parking, hal yang sama juga bisa diterapkan di pusat perbelanjaan kota besar dengan operasi otomatis.
Pemilik bisnis di lokasi tersebut (salon, butik, restoran, dll.) bisa menawarkan insentif parkir sebagai trik promosi. Hal ini bisa mengeliminasi salah satu faktor yang membuat pengunjung malas untuk datang, yaitu parkir.
Dengan IoT di fasilitas parkir, para pemilik bisnis bisa mengundang lebih banyak pengunjung. Selain meningkatkan pendapatan pebisnis, cara ini juga akan menambah pemasukan pajak lewat retribusi parkir. Tidak heran jika banyak orang berasumsi bahwa smart parking adalah salah satu trik rahasia untuk meningkatkan performa bisnis.
4. Memanfaatkan Lahan Parkir Seluruh Kota
Sejauh ini, mayoritas fasilitas parkir menerapkan sistem pembayaran yang sama untuk semua area. Padahal sistem ini bisa dioptimalkan dengan memanfaatkan data dari sensor IoT.
Misalnya, pengelola parkir bisa mengalokasikan beberapa space khusus untuk parkir sehari penuh bagi pengunjung dari luar kota. Kemudian, pengunjung dapat melanjutkan petualangannya dengan transportasi umum tanpa perlu memusingkan masalah parkir mobil pribadinya lagi.
Lebih jauh, data dari sensor IoT juga bisa memberikan insight tentang hari padat dan hari luang. Di hari-hari padat, pengelola bisa fokus mengatur keluar masuknya pengemudi.
Sedangkan di hari-hari luang, pengelola bisa bekerja sama dengan pihak lain untuk menyelenggarakan event khusus guna menarik lebih banyak pengunjung. Smart parking adalah hasil kolaborasi banyak pihak dan perangkat untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik, khususnya bagi masyarakat perkotaan..
Lahan Parkir Berteknologi IoT sebagai Solusi Urban
Anda sudah melihat bagaimana IoT mampu membawa evolusi bagi manajemen parkir di kota besar. Masalah parkir yang menghantui masyarakat urban pun dapat teratasi dengan inovasi ini.
Tidak hanya bagi pengemudi, smart parking juga membawa manfaat bagi dunia bisnis, pemerintah, hingga masyarakat umum. Semua ini merupakan efek berantai dari sistem parkir pintar.
Dari sini, kita dapat menyimpulkan bahwa smart parking adalah bagian tak terpisahkan dari smart city yang tidak lama lagi akan segera terwujud.
4 Implementasi IoT Transportasi Era Ini dan Masa Depan
IoT transportasi adalah pelopor implementasi IoT. Sejak dulu, industri otomotif selalu menjadi yang terdepan dalam hal penerapan inovasi teknologi. Ini adalah hal yang wajar mengingat transportasi merupakan aspek vital dalam kehidupan sehari-hari.
Pertanyaannya, sudah sejauh apa penerapan IoT dalam transportasi? Serta bagaimana potensi IoT bidang transportasi ke depannya? Itulah yang akan kita bahas di artikel ini.
4 Implementasi IoT Transportasi
Baik untuk kebutuhan bisnis maupun personal, penerapan IoT transportasi adalah hal yang tak terelakkan. Anda mungkin sudah sering menjumpai mobil yang dilengkapi dengan berbagai fitur canggih hasil adopsi IoT.
Sekarang, kita akan melihat lebih jauh tentang berbagai implementasi IoT di moda transportasi terbaru saat ini, dan tentu saja masa depan.
1. Menjaga Kondisi Kendaraan
Banyak pemilik kendaraan yang tidak memahami sedikitpun tentang kendaraannya. Otomotif memang bukan bidang untuk semua orang. Sedangkan bagi kelompok non-otomotif, memantau kondisi kendaraan bukanlah hal yang mudah.
Kalau hanya sebatas memeriksa tekanan angin pada ban, semua orang pasti bisa. Tapi jika sudah menyangkut komponen mesin, para pemilik kendaraan tentu membutuhkan bantuan mekanik yang kompeten dan (seringkali) mahal.
Beruntung, sejak 1996, komponen bernama onboard diagnostic port (OBDs) telah ditanamkan ke dalam mesin mobil. OBDs adalah komponen yang berfungsi untuk memantau kondisi kesehatan mobil secara otomatis.
OBDs memudahkan pekerjaan mekanik karena mengurangi pengecekan manual. Pemilik kendaraan pun bisa memantau kondisi mobil mereka lewat monitor tanpa perlu mempelajari permesinan mobil. Jika OBDs menemukan sesuatu yang ‘tidak beres’ dengan mobil Anda, OBDs akan menampilkan alert di monitor.
Bidang industri juga turut mendapatkan manfaat dari OBDs. Salah satu tantangan terbesar industri adalah proses pengiriman yang terkadang terkendala akibat kerusakan pada armada.
Pemandangan truk mogok di tengah rute pengiriman tentu bukan hal asing bagi Anda. Perlu Anda ketahui, untuk menangani kejadian seperti ini, industri bisa mengeluarkan biaya hingga puluhan juta rupiah.
Dengan adanya OBDs, manajemen industri bisa memantau kondisi armada sebelum dan sesudah pengiriman. Hal ini dapat mengurangi risiko kerusakan mendadak yang memakan lebih banyak biaya.
Kini, dengan adanya IoT, OBDs pun semakin pintar. Tidak hanya memantau kondisi mobil, OBDs masa kini juga memiliki berbagai fitur tambahan. Misalnya sensor lokasi agar Anda bisa melacak mobil sampai ke tempat parkir.
Selain itu, akurasi deteksi OBDs juga terus meningkat. Dengan risiko kecolongan yang semakin rendah, langkah perawatan dan pencegahan pun bisa Anda lakukan dengan lebih maksimal sebelum komponen rusak.
Ke depannya, fungsi IoT transportasi dalam hal monitoring kondisi kendaraan akan semakin meningkat dan menjadi salah satu faktor penting dalam memilih mobil.
2. Mengurangi Kemacetan
Macet itu menyebalkan. Kepungan cuaca panas bercampur asap kendaraan adalah komposisi sempurna untuk merusak mood.
Belum lagi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh jutaan galon emisi karbon ke atmosfer. Selain itu, waktu yang terbuang sia-sia di tengah kemacetan seharusnya bisa Anda pakai untuk mengerjakan hal-hal produktif.
Jakarta sebagai kota termacet nomor 2 di Asia Tenggara adalah refleksi nyata dari permasalahan ini.
Sayangnya, jumlah kendaraan pribadi justru semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data dari BPS menunjukkan bahwa jumlah kendaraan bermotor meningkat dari 118.922.708 (2017) menjadi 133.617.012 (2019).
Menariknya, IoT ternyata menawarkan alternatif solusi untuk mengurangi kemacetan. Karena mobil masa depan sudah sepenuhnya otonom, sekumpulan mobil di tengah macet akan kompak mengatur cara terbaik untuk mengurai kemacetan.
Saat terjadi kemacetan, mobil dapat mengatur urutan jalan dengan lebih disiplin. Tidak ada lagi drama pengendara nakal yang nekat menyerobot giliran jalan mobil lain.
Waze sudah mencoba menawarkan solusi macet dengan jalan kontribusi. Setiap pengguna Waze dapat berbagi informasi tentang rute yang mereka lalui pada pengendara lain. Dengan demikian, titik padat tidak akan memburuk menjadi macet karena pengendara akan mengambil jalur lain yang lebih lapang.
Nah, dengan IoT transportasi, hal semacam ini akan berjalan secara otomatis. IoT akan terintegrasi untuk menentukan jalur terbaik ke tujuan Anda. Tidak perlu lagi mengandalkan input manual dari pengguna yang biasanya kurang lengkap dan akurat.
Produsen otomotif pun makin gencar mengadopsi IoT. Contohnya seperti Ford yang memiliki teknologi Traffic Jam Assist. Teknologi ini mampu menyesuaikan kecepatan mobil Anda dengan mobil di depan Anda secara otomatis.
Selain mampu mengurai kepadatan kendaraan, Traffic Jam Assist juga bisa memperbaiki suasana hati Anda. Tidak perlu lagi menjalankan mobil secara tersendat-sendat akibat macet yang kian memperburuk mood.
Di masa depan, dengan kolaborasi perangkat IoT dalam transportasi, kemacetan tidak akan seburuk dasawarsa ini.
3. Mempercepat Era Ride-sharing
Beberapa tahun mendatang, mobil bukan lagi bagian dari privilege. Anda tidak lantas menjadi keren dengan memiliki mobil pribadi. Tren ini sudah bisa Anda lihat dari semakin luasnya layanan ojek online yang merupakan awal dari era ride-sharing.
Ride-sharing adalah model persewaan mobil masa depan. Contohnya seperti Car2Go, layanan ride-sharing yang sudah populer di Eropa. Layanan ini menerapkan cara kerja yang sangat bergantung pada IoT transportasi.
Penyedia layanan akan memberikan akses pada pengguna untuk mengendarai mobil sewaan dalam batas teritorial tertentu. Pengguna dapat mengontrol akses melalui smartphone mereka.
Kemudian, penyedia layanan akan melakukan tracking lokasi untuk mengawasi kemana saja Anda membawa mobil tersebut. Tidak hanya lokasi, penyedia juga perlu memantau banyak hal lain, misalnya kapasitas baterai dan bahan bakar,
Coba Anda pikirkan, semua itu tidak akan bisa terjadi tanpa IoT. Masyarakat masa depan akan kurang tertarik untuk memiliki mobil pribadi. Mereka akan beralih ke transportasi publik dan layanan ride-sharing sebagai solusi yang lebih praktis, efisien, dan ramah lingkungan.
4. Meningkatkan Logistik Armada
Kembali ke topik IoT industri. IoT tidak hanya mampu mengawasi kondisi kendaraan untuk mencegah masalah di tengah rute. Lebih dari itu, IoT juga bisa membantu pelaku industri untuk meningkatkan aktivitas logistik mereka.
Secara lebih rinci, setidaknya ada 4 manfaat yang bisa industri logistik dapatkan dari IoT transportasi, yaitu:
- Melacak pengiriman
- Mengoptimalkan rute pengiriman
- Memangkas biaya logistik yang tidak efisien
- Meningkatkan laba
Dengan kendali IoT penuh, industri akan merasakan banyak manfaat pada logistik dan armada.
Langkah Selanjutnya Menuju IoT Transportasi
Sebenarnya, produsen otomotif sudah berlomba-lomba mengadopsi IoT pada kendaraan yang mereka produksi. Namun mayoritas kendaraan yang beredar di masyarakat saat ini merupakan hasil produksi sebelum era IoT.
Regenerasi kendaraan memang cukup memakan waktu. Saat ini, kita hanya bisa menunggu dan mengamati bagaimana para pemain industri otomotif mempercepat inovasi. Tesla turut membuat gebrakan lewat produksi mobil listrik yang diikuti oleh produsen besar lain di seluruh dunia.
Siapa tahu, gebrakan Tesla akan mempercepat regenerasi dengan merangsang publik untuk segera beralih ke mobil listrik yang tentunya sudah dilengkapi dengan IoT transportasi.
NB-IoT VS LoRaWAN: Mana yang Terbaik untuk IoT Industri?
IoT industri adalah inovasi teknologi yang implikasinya tidak hanya terbatas pada bidang industri. Lebih jauh, inovasi ini akan membawa dampak positif di semua sektor, sejalan dengan revolusi industri 4.0.
Bicara soal penerapan IoT di kegiatan industri, ada satu aspek yang cukup dilematis. Para pelaku industri dan pakar IoT kerap berselisih pendapat dalam memilih standar jaringan antara NB-IoT dan LoRaWAN.
Keduanya berusaha untuk mencapai tujuan yang sama: jaringan yang stabil, aman, dan hemat daya. Meskipun demikian, terdapat perbedaan spesifikasi antara NB-IoT dan LoRaWAN. Perbandingan itulah yang akan kita bahas di artikel ini.
Mengenal NB-IoT dan LoRaWAN
Sebelum mulai membandingkan antara NB-IoT dan LoRaWAN, pertama-tama Anda perlu memahami definisi dan sejarah kedua standar tersebut.
Narrowband Internet of Things (NB-IoT) adalah salah satu solusi jaringan seluler di bawah standar Low Power Wide Area Network (LPWAN). NB-IoT adalah produk 3GPP, organisasi yang mengembangkan protokol untuk telekomunikasi mobile.
Sedangkan LoRaWAN merupakan protokol dari LoRa Alliance. Walaupun sama-sama berada di bawah standar LPWAN, LoRaWAN memiliki detail spesifikasi yang agak berbeda dari NB-IoT.
Pada praktiknya, NB-IoT dan LoRaWAN bersaing untuk menjadi protokol terbaik di dunia, termasuk dalam IoT industri. Namun penerapan protokol IoT menghadapi tantangan tersendiri.
Tidak ada protokol all-in-one yang ideal untuk semua jenis IoT. Ada jenis IoT yang cocok menggunakan NB-IoT, ada juga yang lebih efektif memakai LoRaWAN.
Untuk bidang industri sendiri, memilih protokol jaringan perlu memperhatikan banyak aspek. Apalagi bidang industri memiliki banyak sub-bidang dengan kebutuhan IoT yang berbeda-beda.
Setidaknya, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan wajib dalam memilih protokol jaringan IoT untuk semua industri.
Protokol Terbaik untuk IoT Industri: NB-IoT atau LoRaWAN?
Memilih protokol jaringan untuk untuk IoT industri memerlukan analisis rinci. Ada banyak aspek di lapangan yang hanya bisa diukur melalui riset, studi, dan penelitian. Namun sebelum masuk ke pengamatan detail, ada 3 faktor utama yang harus Anda pertimbangkan dalam memilih protokol IoT untuk industri.
1. Jangkauan
Dari segi jangkauan, LoRaWAN lebih unggul dari NB-IoT dengan jarak transmisi sekitar 15-20 KM. Bandwidth LoRaWAN berada di kisaran 0,3 KBps sampai 50 KBps.
Selain itu, LoRaWAN juga dapat beroperasi di frekuensi tanpa lisensi. Artinya Anda dapat menggunakan LoRaWAN dengan jenis jaringan apapun, di lokasi manapun. Spesifikasi ideal untuk kebutuhan operasional IoT industri di lokasi remote seperti pertambangan, pengeboran minyak, dan konstruksi.
Sedangkan NB-IoT hanya mampu beroperasi di spektrum resmi. Artinya, NB-IoT hanya memungkinkan transmisi melalui jaringan mobile. Jika lokasi industri berada jauh dari jangkauan sinyal seluler, NB-IoT tentu bukan solusi yang tepat.
Padahal lokasi industri, khususnya di bidang pertambangan, biasanya berada jauh dari titik urban. IoT migas misalnya, memerlukan jaringan yang dapat beroperasi di area pegunungan, perbukitan, bahkan laut lepas.
Dengan spesifikasi tersebut, NB-IoT lebih cocok untuk aplikasi indoor seperti smart home, smart office, dan smart hospital. Sedangkan untuk kebutuhan industri, jangkauan jaringan NB-IoT agaknya masih kurang memadai.
2. Konsumsi Daya
Sebenarnya, NB-IoT dan LoRaWAN sama-sama mengupayakan konsumsi daya rendah. Keduanya menganut standar LPWAN yang salah satu fokusnya adalah penghematan daya baterai.
Mereka melakukannya dengan mengaktifkan mode tidur (sleep mode) saat perangkat sedang tidak beroperasi. Hal ini sejalan dengan target utama LPWAN, yaitu perangkat IoT yang hanya mengirimkan data dalam interval tertentu atau saat ‘dibangunkan’ oleh sensor.
Sejak awal, LPWAN memang tidak menargetkan IoT real-time. Perangkat yang bekerja secara real-time tidak memungkinkan untuk menggunakan protokol LPWAN karena konsumsi daya sudah pasti lebih besar.
Selain itu, IoT real-time juga memerlukan kualitas jaringan yang cukup tinggi. Sedangkan LPWAN justru berfokus pada bandwidth rendah dan transmisi data berukuran kecil.
Walaupun sama-sama menerapkan standar LPWAN, LoRaWAN lebih unggul dalam hal konsumsi daya daripada NB-IoT. Baterai LoRaWAN mampu bertahan lebih dari 15 tahun. Bandingkan dengan baterai NB-IoT yang masa pakainya hanya 10+ tahun.
Efisiensi baterai merupakan pertimbangan penting dalam memilih protokol untuk IoT industri. Pertama, baterai yang lebih hemat akan mengurangi kebutuhan perawatan perangkat IoT.
Perlu Anda ketahui, maintenance di sektor industri memerlukan biaya yang tidak sedikit, baik untuk operasinya maupun potensi keuntungan yang berkurang selama maintenance.
Kedua, baterai yang lebih hemat juga akan mengurangi ongkos operasional jangka panjang. Budget untuk penggantian baterai rutin, upah pekerja, waktu yang tersita, dan efeknya pada produksi cukup mempengaruhi kinerja industri.
Dengan efisiensi baterai yang optimal, semua cost di atas bisa berkurang. Apalagi dengan selisih masa pakai yang mencapai 50%, LoRaWAN tentu lebih efektif untuk memenuhi kebutuhan industri daripada NB-IoT.
3.Keamanan
LoRaWAN memang unggul dari segi jangkauan dan baterai. Tapi dari segi keamanan, NB-IoT berhasil melampaui pesaingnya. Ada dua alasan mengapa NB-IoT lebih aman dari LoRaWAN.
Pertama, NB-IoT menggunakan enkripsi 3GPP 256-bit, sedangkan LoRaWAN masih memakai enkripsi AES 128-bit. Standar enkripsi NB-IoT lebih sulit untuk dipecahkan, sehingga data Anda lebih aman dari risiko cyber attack.
Kedua, NB-IoT beroperasi di frekuensi resmi, sedangkan LoRaWAN tidak. Pengawasan dan keamanan NB-IoT melibatkan banyak pihak dan otoritas. Sedangkan jika Anda menggunakan LoRaWAN untuk IoT industri, Anda sendiri yang harus ekstra waspada dalam mengawasi keamanan IoT Anda.
Provider NB-IoT pun sudah pasti berlisensi dan berada dalam pengawasan regulasi. Operator seluler wajib mematuhi standar keamanan jaringan global. Dengan menggunakan NB-IoT, secara otomatis Anda juga akan mendapatkan manfaat dari standar keamanan tersebut.
Sedangkan LoRaWAN masih menerapkan sistem keamanan minimum yang lebih berisiko. Jika Anda menginginkan keamanan ekstra, Anda juga harus mengerahkan upaya dan sumber daya ekstra.
Itu pun belum dapat menjamin bahwa Anda akan mendapatkan keamanan setara NB-IoT. Kesimpulannya, NB-IoT lebih aman untuk industri daripada LoRaWAN.
Kesimpulan: NB-IoT VS LoRaWAN bagi IoT Industri
Kesimpulan utama yang bisa kita ambil dari komparasi di atas: tidak ada yang lebih baik antara NB-IoT dan LoRaWAN, semuanya tergantung pada kasus dan kebutuhan.
NB-IoT adalah solusi ideal untuk industri yang masih berada dalam jangkauan sinyal seluler. Dengan kualitas jaringan yang lebih cepat dan stabil, NB-IoT mampu melayani kebutuhan operasional industri yang menuntut kecepatan dan akurasi tinggi.
Selain itu, NB-IoT juga solusi tepat untuk industri yang memerlukan keamanan tingkat tinggi. Standar enkripsi NB-IoT lebih canggih daripada LoRaWAN, sehingga mampu menjamin keamanan data selama proses transmisi. NB-IoT juga beroperasi di frekuensi resmi yang turut meningkatkan keamanan protokol.
Namun untuk industri yang berlokasi jauh dari sinyal seluler, LoRaWAN adalah protokol terbaik untuk dipilih. LoRaWAN bisa beroperasi di frekuensi non-lisensi, sehingga tidak bergantung pada sinyal seluler.
Selain itu, masa pakai baterai LoRaWAN juga lebih panjang dari NB-IoT. Hal ini berimbas pada efisiensi jangka panjang lewat biaya perawatan yang lebih rendah.
Jadi, tidak ada yang lebih baik antara NB-IoT dan LoRaWAN. Keduanya memiliki spesifikasi yang ideal untuk kebutuhan industri tertentu. Apapun pilihan Anda, NB-IoT dan LoRaWAN adalah opsi protokol terbaik untuk memulai revolusi di bidang IoT industri.
5 Langkah Revolusioner IIoT di Industri Migas
IIoT (Industrial Internet of Things) adalah sebutan khusus untuk penerapan IoT di bidang industri. Seperti yang Anda ketahui, IoT berkontribusi besar di berbagai bidang, terutama aktivitas sehari-hari di level individual.
Dunia industri pun turut merasakan manfaat dari IoT. Sayangnya, dari semua sektor industri yang semakin digital, IIoT di industri migas tampaknya masih cukup terbelakang. Belum banyak praktik digitalisasi di sektor migas yang berhasil mencapai tahap revolusioner.
Padahal, industri migas saat ini menjadi tiang penyangga ekonomi dunia. Apapun yang terjadi pada aktivitas bisnis migas akan berdampak pada segala hal. Adopsi IIoT semestinya masuk dalam program kerja industri migas, sesegera mungkin.
Untuk membuktikan efektivitas IIoT di industri migas, terdapat beberapa poin kunci yang akan segera kita rasakan pasca-adopsi.
5 Manfaat IIoT di Industri Migas
Apa yang bisa IIoT lakukan pada industri migas? Berikut jawabannya.
1. Meningkatkan Efisiensi Operasional
Melalui sebuah wawancara, Colborn mengatakan kepada Rigzone bahwa salah satu tantangan besar industri migas adalah sumber daya manusia. Di era ini, tidak mudah menemukan profesional muda di bidang pertambangan gas dan minyak bumi.
Berburu talenta menjadi perang baru di industri ini. Belum lagi dengan ekspektasi unik millenial yang banyak mempertimbangkan nilai dan kultur dalam memilih pekerjaan.
Menjawab tantangan ini, yang sesungguhnya diperlukan bukanlah tenaga kerja, melainkan IIoT untuk mengisi pos-pos yang memungkinkan automasi. IIoT di industri migas mampu memberikan 2 manfaat sekaligus:
- Mengatasi kebutuhan industri dalam hal sumber daya manusia
- Meningkatkan kualitas dan kecepatan operasional
Dengan dukungan IIoT, tenaga kerja bisa lebih fokus ke pos-pos yang memang memerlukan kerja manual. Operasional industri migas pun mampu mencapai level di atas ekspektasi sejarah.
2. Menambah Pendapatan
Menurut Oxford Economics, adopsi IIoT dapat meningkatkan Gross Domestic Product (GDP) global hingga 0,8% atau setara dengan 816 miliar USD dalam satu dekade ke depan.
Ini merupakan indikasi bahwa IIoT berpengaruh langsung terhadap pendapatan. Dari skala perusahaan, sektoral, nasional, hingga internasional. Efek berantai ini hanya mungkin terjadi apabila semua sektor kompak mengadopsi IIoT.
Apalagi dengan tren penurunan harga minyak yang makin sering terjadi. Mengetatkan budget operasional bukan lagi solusi yang memungkinkan. Bahkan hal ini justru menjadi bumerang yang bisa memukul industri migas itu sendiri.
Alih-alih menggunakan strategi gaya lama seperti mengurangi kapasitas produksi, akan lebih baik jika industri migas menggunakan kesempatan ini untuk mengadopsi IIoT.
Hasil implementasinya bisa langsung terasa, setidaknya dalam 3 hal mendasar:
- Operasional lebih efisien
- Ongkos produksi lebih rendah
- Kapasitas produksi semakin meningkat
Hasil akhirnya adalah peningkatan keuntungan tanpa perlu mengurangi biaya atau menaikkan harga. Win-win solution untuk semua pihak, bukan?
3. Akses Data Real Time
Sebenarnya, konsep big data dan keputusan berbasis data (data-driven decision) bukanlah hal baru di industri migas. Para pelaku bisnis migas sudah lama menggunakan teknik ini untuk analisis dan pengambilan keputusan yang lebih strategis.
Sayangnya, cara pengumpulan data masih belum optimal. Data terkumpul dari hasil operasional pada periode lampau yang hanya bisa dipakai untuk evaluasi. Padahal ada potensi pengumpulan data lain yang mampu memberikan hasil lebih memuaskan.
Ialah IIoT, perangkat cerdas yang mampu membaca, mengumpulkan, dan mengirimkan data secara real time. Menggunakan IIoT di industri migas sebagai perangkat pengumpul data akan memberikan pengaruh yang signifikan pada sektor migas.
Misalnya, perusahaan bisa memasang IIoT dengan sensor khusus untuk memantau kinerja pengeboran antara sumur minyak yang satu dengan yang lain. Kemudian, sebuah software analisis mengolah data dari IIoT untuk menampilkan insights secara real time.
Dengan cara tersebut, staf ahli bisa lebih cepat bermanuver dalam menentukan strategi pengeboran yang paling efisien sekaligus menguntungkan. Menurut Bain & Company, integrasi semacam ini dapat meningkatkan kapasitas produksi minyak dan gas sekitar 6% sampai 8%.
Bayangkan jika adopsi IIoT migas mencapai skala yang lebih besar. Mulai dari produksi, pengolahan, hingga distribusi. Berapa banyak potensi tambahan migas bisa dihasilkan dan berapa miliar USD ongkos produksi bisa dihemat?
4. Mengurangi Risiko Kecelakaan Kerja
Salah satu perhatian utama industri migas adalah keselamatan kerja. Usaha pengeboran dan pengolahan minyak bumi dan gas bumi memang kegiatan yang sangat berisiko.
Di industri ini, akurasi sangatlah penting. Kesalahan sekecil apapun bisa berakibat fatal. Di Indonesia sendiri, salah satu kecelakaan migas terparah sepanjang sejarah adalah lumpur lapindo. Sampai sekarang pun luapan lumpur belum berhenti dan terus meluas di kawasan Sidoarjo, Jawa Timur.
Kejadian ini mengundang perhatian dunia karena dampak yang timbul juga tidak main-main. Para ahli migas pun mencari solusi untuk meminimalisir risiko kecelakaan kerja guna mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Dan solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah IIoT. Implementasi IIoT di bidang keamanan dan keselamatan kerja industri migas memang belum maksimal, padahal potensinya sangat menjanjikan.
Sensor IIoT mampu mendeteksi kerusakan sekecil apapun pada perangkat produksi. Kemudian, IIoT mengirimkan peringatan ke pusat kontrol untuk segera menindaklanjuti temuan kerusakan tersebut.
Bahkan dengan integrasi IIoT yang lebih jauh, tim bisa menangani kerusakan minor tanpa harus menerjunkan personil ke lokasi. Kalaupun personil harus turun tangan langsung, personil sudah mengetahui detail kerusakan dari IIoT sehingga penanganan bisa lebih fokus, aman, dan efisien.
Deteksi dini juga berkontribusi dalam mencegah kerusakan yang lebih besar. Jika setiap masalah kecil ditangani sejak awal, risiko kilang minyak meledak atau kebocoran pipa tentu jauh lebih kecil.
5. Menjaga Kelestarian Lingkungan
Tidak hanya keselamatan pekerja, kelestarian lingkungan juga turut menjadi isu besar industri migas. Sudah bukan rahasia lagi bahwa sektor migas menyumbang banyak kerusakan pada lingkungan lewat emisi karbon, tumpahan minyak, pembuangan limbah, dan lain sebagainya.
Sudah banyak pihak mengintervensi pelaku industri migas untuk lebih memperhatikan lingkungan. Mulai dari pemerintah, aktivis, organisasi, hingga masyarakat umum. Sayangnya, sampai sekarang belum ada langkah besar dalam hal pelestarian lingkungan di sektor migas.
Salah satu kendalanya adalah keterbatasan teknologi. Sterilisasi dan pembuangan limbah masih belum terintegrasi dengan teknologi yang tepat. Begitu juga dengan kontrol emisi dan risiko kerusakan yang seringkali masih minim pengawasan.
Di sinilah letak pentingnya IIoT di industri migas. Dengan dukungan sensor pintar, IIoT mampu membaca dan melaporkan segala aktivitas industri yang berpotensi mencemari lingkungan.
IIoT bisa menganalisis jumlah emisi karbon yang terlepas ke udara, kadar polutan dalam limbah sebelum pembuangan, dan kerusakan hingga ke skala terkecil yang dapat berakibat pada kebocoran minyak. IIoT bisa menjalankan tugas lingkungan apapun sesuai kebutuhan industri migas.
Dengan teknologi IIoT di industri migas, pencemaran lingkungan akan berkurang sesuai harapan semua pihak. Kemudian, data dari IIoT bisa menjadi materi penelitian untuk inovasi pengelolaan migas agar lebih ramah lingkungan.
IIoT untuk Industri Migas yang Aman, Menguntungkan, dan Ramah Lingkungan
Sekarang, mari kita buat kesimpulan. IIoT mampu meningkatkan efisiensi dan keuntungan industri migas berkat automasi dan akses data real time. Ini akan mengatasi kelangkaan sumber daya manusia di sektor migas lewat migrasi ke teknologi pintar.
IIoT juga mampu meningkatkan keamanan dan keselamatan kerja dengan sensor yang mampu mendeteksi kerusakan. Informasi yang akurat memudahkan tim untuk mengatasi setiap kerusakan dengan cara yang paling aman dan efisien guna mencegah kerusakan yang lebih besar.
Terakhir, IIoT sejalan dengan upaya pelestarian lingkungan yang kerap menjadi nilai merah di rapor industri migas. Dengan kecerdasaan IIoT, pengelolaan limbah dan emisi bisa lebih ramah lingkungan tanpa membebani biaya dan operasional.
Dengan semua poin di atas, tidak ada alasan lagi untuk menunda adopsi IIoT di industri migas.
IoT sebagai Pilot Revolusi Industri 4.0
Apa hubungan IoT dengan revolusi industri 4.0?
Anda pasti sudah sering mendengar berita tentang industri 4.0. Secara awam, industri 4.0 tentu berhubungan dengan digitalisasi. Saat ini pun dunia sedang gencar-gencarnya mengadopsi teknologi di semua bidang.
IoT sendiri berhasil merevolusi hampir keseluruhan proses bisnis. Mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi, sampai distribusi barang jadi.
Semua pencapaian tersebut berbasis pada sensor cerdas, komunikasi di sektor vital, automasi, dan robotik. Adopsinya sangat luas, meliputi pertambangan, pengiriman, hingga manufaktur elektronik, otomotif, dan petrokimia.
Tapi mengapa kita belum juga sampai di era industri 4.0? Apa yang belum terpenuhi dari standar 4.0 saat ini? Dan apa sebenarnya industri 4.0 itu?
Anda akan mendapatkan semua jawabannya di artikel ini.
Sejarah Revolusi Industri
Sepanjang sejarah, dunia sudah mengalami tiga kali revolusi industri.
Revolusi Industri 1.0
Bermula di Britania sekitar tahun 1760 sampai 1820 atau 1840. Revolusi pada era ini berfokus pada mekanisasi industri tekstil melalui transisi dari peralatan tangan ke mesin.
Indikasi lainnya terlihat dari pengenalan tenaga uap dan sistem pabrik. Semuanya bergabung membentuk budaya kerja baru di berbagai industri, yaitu:
- Sentralisasi produksi
- Pembagian kerja
- Penggunaan bagian yang dapat dipertukarkan
Budaya baru ini kemudian diikuti dengan produksi baja, kimia, dan minyak bumi secara massal.
Revolusi Industri 2.0
Jika revolusi industri 1.0 bermula dari industri tekstil, era industri 2.0 berangkat dari industri otomotif. Penggerak utama revolusi industri 2.0 adalah sistem perakitan berantai.
Perlu Anda ketahui, sebelum era industri 2.0, cara kerja pabrik sangat jauh berbeda dengan yang kita kenal saat ini. Pada waktu itu, setiap pekerja umumnya mengerjakan 1 unit produk dari awal sampai selesai.
Karena kurang efisien, Henry Ford kemudian memperkenalkan model T pada tahun 1913. Dalam model T, setiap pekerja hanya bertugas mengerjakan bagian tertentu dari sebuah produk.
Inilah yang disebut dengan produksi berantai. Bakal produk seolah berjalan di atas sebuah rel melewati beberapa perhentian sampai keluar dari rel dalam bentuk barang jadi.
Mari kita ambil contoh dari proses perakitan mobil. Jika menerapkan model T, maka pekerja yang berada di perhentian pertama bertugas untuk merakit chasis. Setelah chasis selesai, produksi dilanjutkan ke perhentian kedua, anggaplah pemasangan mesin. Proses ini terus berjalan sampai keluar dari rel produksi dalam wujud mobil siap pakai.
Walaupun Henry Ford diakui sebagai pencetus sistem produksi ini, rupanya Ransom Olds, pendiri the Olds Motor Vehicle Company, sudah menggunakan metode serupa sejak tahun 1903.
Revolusi Industri 3.0
Kali ini berawal dari sebuah buku berjudul “The Third Industrial Revolution: How Lateral Power is Transforming Energy, the Economy, and the World” karya Jeremy Rifkin.
Dalam buku tersebut, Rifkin berpendapat bahwa revolusi industri 3.0 bertumpu pada inovasi di bidang telekomunikasi dan sumber energi terbarukan. Kombinasi kedua hal tersebut akan mengubah kekuatan sosial, ekonomi, dan politik yang akhirnya berimbas pada semua bidang.
Walaupun inovasi teknologi semakin agresif, hubungan IoT dengan revolusi industri 4.0 masih belum terlihat bahkan hingga revolusi industri ketiga.
Hubungan IoT dengan Revolusi Industri 4.0
Pada sebuah presentasi di acara bertajuk “Institute of Electrical and Electronics Engineers Wireless Communications and Networking Conference” di San Fransisco, Marcus Weldon selaku presiden Bell Labs dan CTO Nokia mengungkapkan beberapa hal terkait industri 4.0.
Weldon berpendapat bahwa kita sedang berada di ambang sebuah revolusi industri baru. Namun revolusi kali ini tidak terjadi dari sisi konsumen, melainkan dari sisi transformasi industri yang darinya konsumen akan diuntungkan.
Weldon mengambil contoh dari perangkat wearable seperti smartwatch yang mampu menghasilkan data medis penting. Dengan teknologi semacam ini, dunia industri dapat mendulang pemasukan lewat keuntungan konsumen.
Ke depannya, akan lebih banyak perangkat serupa dengan fokus kerja yang lebih bervariasi. Semuanya berfokus pada keuntungan konsumen, dari sanalah industri akan bergerak menuju revolusi industri 4.0.
Industri 4.0
Menurut Mckinsey, industri 4.0 adalah fase digitalisasi tingkat lanjut di sektor manufaktur. Terdapat 4 hal yang mendasari industri 4.0, yaitu:
- Peningkatan volume data, kekuatan komunikasi dan konektivitas. Terutama jaringan low-power wide-area (LoRa)
- Kemampuan analitik dan business-intelligence (BI)
- Bentuk interaksi baru antara manusia dengan mesin. Contohnya seperti teknologi antarmuka sentuh dan Augmented Reality (AR)
- Meningkatnya transfer instruksi digital ke dunia fisik seperti teknologi printing 3 dimensi dan robot canggih
McKinsey juga mengungkapkan pendapat tentang tiga revolusi industri yang terjadi sebelumnya, yaitu:
- Efisiensi sistem manufaktur. Toyota tampil sebagai pionir dengan menyederhanakan proses produksi serta mengeliminasi proses yang tidak perlu
- Outsourcing produksi ke negara-negara yang memiliki biaya upah rendah
- Pengenalan automasi proses produksi sekitar tahun 2000
Semua hal yang berkaitan dengan automasi dan efisiensi di revolusi keempat jelas mengandalkan IoT. Di sini sudah terlihat hubungan IoT dengan revolusi industri 4.0.
Jika industri 4.0 adalah istilah berskala global, Jerman punya istilah sendiri untuk menggambarkan peran negara tersebut bagi revolusi industri. Istilah tersebut adalah Industrie 4.0.
Industri 4.0
Jerman berambisi untuk menjadi pemimpin di bidang IoT dalam rangka menyongsong industri 4.0. Lewat program Industri 4.0, pemerintah Jerman mengakselerasi adopsi IoT di bidang manufaktur.
Germany Trade and Invest menyebutnya sebagai strategi untuk membawa Jerman menjadi pemimpin pasar dan penyedia solusi manufaktur canggih. Industrie 4.0 merepresentasikan 2 hal:
- Pengalihan dari sistem produksi terpusat ke desentralisasi
- Penggunaan mesin terkomputerisasi, sistem dan jaringan yang mampu bertukar informasi dan merespon data secara otomatis guna mengendalikan proses produksi
Poin kedua menggambarkan hubungan IoT dengan revolusi industri 4.0 dengan sangat jelas. Desentralisasi pun hanya dapat dilakukan dengan dukungan teknologi pintar yang mendukung kolaborasi jarak jauh, apa lagi jika bukan IoT?
Cisco menjalankan salah satu pusat inovasi mereka bernama openBerlin. Pusat inovasi ini berfokus pada inovasi bersama dan produksi prototype cepat di bidang manufaktur, logistik, dan transportasi.
Microsoft pun mengumumkan bahwa mereka akan membuka laboratorium IoT dan Artificial Intelligence (AI) di Munich, Jerman. Laboratorium tersebut akan bergabung dengan fasilitas serupa yang berlokasi di Redmond, Washington dan Shenzen, Cina.
IBM yang terkenal dengan salah satu produk AI cerdasnya bernama Watson untuk berbagai aplikasi ML dan IoT, juga mendirikan pusat IoT di Munich. Laboratorium senilai 200 miliar dolar tersebut menjadi fasilitas bagi para partner IBM untuk berkolaborasi dengan karyawan IBM yang fokus pada pengembangan IoT.
Pada hari pembukaan, Harriet Green selaku manajer utama IBM Watson, mengatakan bahwa IBM selalu percaya bahwa hanya ada satu cara untuk memaksimalkan potensi transformasi teknologi, yaitu secara bersama-sama.
Era Industri 4.0 Sudah di Depan Mata
Sekarang, Anda sudah mendapatkan jawaban tentang apa itu industri 4.0 dan di mana posisi kita saat ini. Adopsi IoT yang semakin masif merupakan indikasi positif bahwa industri 4.0 akan segera kita alami.
IoT revolusi industri akan menjadi penggerak roda ekonomi di masa depan. Bahkan, tidak menutup kemungkinan bahwa teknologi robot berbasis sensor IoT akan mendominasi proses produksi. Sesuatu yang selalu menjadi pro-kontra semua orang.
Memang belum jelas kapan hal tersebut bisa benar-benar terwujud. Untuk saat ini, kita dapat menyimpulkan bahwa hubungan IoT dengan revolusi industri 4.0 adalah sesuatu yang tak terpisahkan.
Apa itu LPWAN dan LoRaWAN Open Standard?
Kalau ada yang bilang, “LPWAN adalah tulang punggung IoT”, maka anggapan itu tidak sepenuhnya salah. Sebagai bagian dari LPWAN, LoRaWAN memang menjadi andalan banyak provider IoT.
Pada beberapa sektor seperti agrikultur dan pergudangan, perangkat IoT perlu mengirimkan paket data berukuran kecil secara periodik. Tidak jarang perangkat dan pusat data terpaut jarak yang cukup jauh. Pada kasus seperti inilah Anda membutuhkan LPWAN.
Bagi para IoT-enthusiast, LPWAN dan LoRaWAN selalu menjadi perbincangan hangat. Terlebih lagi dengan kabar munculnya teknologi 5G yang digadang-gadang akan menggantikan LPWAN.
Lalu sebenarnya, apa itu LPWAN dan LoRaWAN? Kenapa keduanya begitu penting bagi perkembangan IoT? Topik inilah yang akan kita bahas di artikel ini.
LPWAN adalah …
Pada beberapa skenario, IoT perlu mengirimkan data berukuran kecil dalam jarak yang cukup jauh. Perangkat IoT pun memerlukan baterai yang bisa bertahan sampai beberapa tahun. Contohnya seperti IoT yang bekerja dari bawah tanah atau di lokasi perkebunan yang jauh dari pusat jaringan.
Dulu, satu-satunya solusi untuk skenario ini adalah menggunakan jaringan seluler. Lalu semua berubah saat LPWAN menyerang …
LPWAN adalah teknologi jaringan yang memungkinkan perangkat IoT untuk mengirimkan data jarak jauh dengan penggunaan daya baterai yang efisien. Dengan LPWAN, tantangan fisika untuk komunikasi jarak jauh antar-perangkat tanpa menguras baterai pun terjawab.
Sejarah LPWAN
Saat jaringan seluler masih mendominasi IoT, terdapat 2 masalah yang cukup pelik:
- Baterai lebih cepat habis
- Harga lisensi terbilang mahal
Guna mengatasi 2 masalah tersebut, pada tahun 2000 Sigfox memperkenalkan LPWAN.
Di Prancis, sebuah startup bernama Cycleo mengembangkan RF semiconductor IP berdaya rendah. Semtech kemudian mengakuisisinya pada tahun 2012.
Semtech sekarang mengendalikan beberapa core IP di bawah protokol LoRa. Hal ini menjadikan Semtech sebagai alternatif protokol non-seluler terpopuler untuk IoT.
Gencarnya inovasi Sigfox dan Semtech membuat 3GPP (standar seluler global) dan para pemain industri seluler cemas. Hal ini karena LPWAN adalah ancaman yang perlahan-lahan menggeser posisi seluler sebagai andalan jaringan IoT.
3GPP pun melakukan standarisasi dan mempopulerkan LTE-Cat M1 dan NB-IoT sebagai LPWAN versi seluler. Tujuannya untuk mempertahankan dominasi seluler agar tidak tergusur oleh LPWAN.
Belakangan ini, desas-desus teknologi 5G mulai menggeliat. 5G menawarkan kecepatan transfer data yang tinggi dengan latensi dan daya rendah. Banyak pihak meyakini bahwa 5G akan mengungguli LPWAN dan menjadi solusi IoT masa depan.
3GPP juga mempertimbangkan untuk mengizinkan 5G beroperasi di frekuensi non-lisensi, yaitu 3,5 GHz, 5 GHz, dan 60 GHz.
Saat ini, 3GPP tengah mematangkan standar 5G. Sementara itu, Verizon dan AT&T memulai langkah untuk menjadi perusahaan pengendali 5G pertama di dunia.
LPWAN Sebagai Solusi
Anda mungkin berpikir, bagaimana LPWAN bekerja dengan IoT? Apa yang hebat dari LPWAN hingga menjadi andalan para provider?
Pertama, sudah jelas bahwa LPWAN mampu mengirimkan data dalam jarak yang lebih jauh. Bahkan jargon utama LPWAN adalah jangkauan jauh berdaya rendah. Walaupun seluler juga bisa melakukan hal yang sama, LPWAN punya satu keunggulan lain.
Kedua, perangkat IoT yang menggunakan LPWAN hanya mengirimkan data dalam interval tertentu, misalnya 30 menit sekali. Ada juga perangkat yang melakukan koneksi dengan interval lebih panjang, sehari sekali misalnya.
Selain berbasis interval, perangkat IoT juga bisa mengirimkan data saat ‘terbangun’. Contoh mekanismenya bisa kita pelajari dari IoT deteksi banjir. Mekanismenya seperti ini:
Perangkat memiliki sensor khusus untuk membaca volume, debit, dan arus air. Programmer merancang perangkat tersebut untuk mengirimkan sinyal apabila sensor mendeteksi potensi banjir.
Jadi, selama kondisi sungai masih kondusif, perangkat tidak akan mengirimkan data ke pusat kendali. Mekanisme ini sangat efisien karena perangkat tidak perlu mengirimkan data jika tidak benar-benar diperlukan. Dengan begitu, daya baterai pun bisa bertahan lebih lama.
Anda bisa melihat perbandingan kinerja antara berbagai jenis protokol jaringan IoT pada tabel di bawah ini.
Keunggulan LPWAN
LPWAN adalah protokol yang memiliki 3 keunggulan utama, yaitu:
- Harga lebih murah
- Masa pakai baterai lebih panjang
- Jangkauan lebih jauh
Dengan semua keunggulan di atas, LPWAN menjadi andalan banyak perangkat IoT, beberapa di antaranya yaitu:
- Meteran pembuangan sampah
- Meteran parkir pintar
- Sensor kualitas air
Karena sangat simple, LPWAN mampu memfasilitasi komunikasi IoT bawah tanah ataupun yang bekerja di lokasi yang jauh dari tower sinyal. Performa LPWAN juga lebih stabil, bahkan di iklim dan cuaca yang ekstrim sekalipun.
Kekurangan LPWAN
Walaupun terbilang ampuh, LPWAN juga memiliki beberapa kelemahan.
Pertama, LPWAN tidak cocok untuk aplikasi yang memerlukan transfer data lebih sering atau berukuran lebih besar. Apalagi untuk aplikasi IoT yang bersifat real time, LPWAN tentu bukan bagian dari solusi.
Kedua, rentang ukuran paket data LPWAN berkisar antara 300 bit/s sampai 50 kb/s. Padahal internet dial-up era 90-an saja sudah mencapai 56 kbit/s. Jadi jangan harap Anda bisa mengirim meme atau video lucu lewat LPWAN.
Ketiga, LPWAN adalah protokol yang mayoritas beroperasi di pita non-lisensi.
Keempat, LPWAN yang terletak di tempat terbuka, misalnya di ujung tower, rentan mendapatkan gangguan dari sinyal berenergi tinggi di atas GHz. Kalau hal ini terjadi pada IoT vital seperti smart hospital atau self-driving car, konsekuensinya adalah nyawa.
Tidak ada yang lebih baik antara LPWAN dan seluler. Keduanya memiliki spesifikasi yang masing-masing cocok untuk skenario tertentu. Setelah memahami LPWAN, sekarang waktunya untuk membahas LoRaWAN.
LoRaWAN adalah …
LoRaWAN adalah bagian dari LPWAN yang beroperasi di atas protokol LoRa. Sedangkan LoRa sendiri merupakan singkatan dari low-power wide-area, yaitu teknik modulasi yang mencakup jangkauan luas dengan kebutuhan baterai yang tidak terlalu besar.
Jadi, Anda bisa menganggap bahwa LPWAN adalah induk LoRaWAN.
Spesifikasi LoRaWAN adalah sebagai berikut:
- Jangkauan panjang (Urban > 5 KM, Suburban > 10 KM, jarak pandang > 80 KM)
- Daya tahan baterai lebih panjang hingga lebih dari 10 tahun
- Murah, harga per modul kurang dari 5 USD
- Kecepatan transfer data rendah sekitar 0,3 kbps sampai 50 kbps
- Dukungan lokalisasi
- Bidirectional (dua arah)
- Aman
- Beroperasi di spektrum non-lisensi
LPWAN VS Seluler
Sampai sekarang, Verizon dan AT&T terus mendulang keuntungan dari smartphone yang bisa mereka tawari seluler LPWAN seperti LTE-Cat M1 dan NB-IoT. Dan tidak lama lagi, mereka juga akan mendapatkan keuntungan lebih besar dari teknologi 5G.
Banyak pihak yakin bahwa 5G akan menggantikan ekosistem LoRa. Untuk saat ini saja, NB-IoT sudah sangat efektif untuk aplikasi yang memerlukan LPWAN. LTE-Cat M1 juga lebih cocok untuk aplikasi penting yang memerlukan transfer data lebih intensif.
Anda dapat membayangkan, apa yang akan terjadi pada LPWAN saat 5G rilis nanti.
Satu-satunya cara LPWAN bisa bertahan adalah dengan mendekati industri yang bisa ditangani oleh LPWAN. Kesimpulannya, LPWAN Alliance harus lebih agresif dalam mendekati calon klien mereka. Karena jika dihadapkan dengan pilihan antara LPWAN atau seluler, mayoritas klien akan lebih memilih seluler.
Bagaimanapun juga, LPWAN adalah bagian penting dari sejarah IoT yang memicu inovasi protokol, hingga kelak lahir teknologi 5G untuk menggantikannya.
Perbedaan M2M VS IoT, Mana yang Terbaik?
Perbedaan M2M dan IoT kerap mengundang perdebatan. Batasan antara kedua istilah tersebut memang agak kabur. Sehingga tak jarang Mr. A menganggap sebuah perangkat sebagai M2M, sedangkan Mr. B menganggapnya IoT.
Padahal memahami perbandingan M2M dan IoT sangatlah penting, terutama jika Anda hendak membangun sebuah sistem pintar. Hal pertama yang harus Anda rencanakan adalah seberapa pintar sistem yang Anda butuhkan? Apakah Anda membutuhkan M2M atau IoT?
Bicara soal M2M VS IoT tidak akan pernah sampai pada kesimpulan final. Mulai dari definisi, spesifikasi teknis, fungsi, sampai cara kerja, teknologi M2M dan IoT selalu menjadi topik yang menarik.
Di artikel ini, kami mengajak Anda untuk menyelam lebih dalam ke dunia perangkat pintar yang saling berkomunikasi di balik layar.
Apa itu M2M?
M2M adalah singkatan dari Machine-to-Machine. Sesuai namanya, dua perangkat yang saling berinteraksi via internet dapat dikategorikan sebagai M2M.
Contoh M2M yang paling klasik adalah sensor telemetri. Banyak perusahaan memanfaatkan sensor ini untuk memantau temperatur, energi, kelembaban, tekanan, dan lain sebagainya.
Mesin ATM pun termasuk dalam kategori M2M. Saat Anda menjalankan ATM, mesin akan terhubung ke host processor untuk diteruskan ke akun Bank yang Anda tuju. Kemudian, host mengirimkan return berupa approval code sebagai sinyal hijau pada ATM.
Semua itu terjadi di balik layar dan tanpa kerja manual. Sistem otomatis inilah yang menjadi ciri khas M2M. Selama puluhan tahun, M2M telah berhasil meningkatkan efisiensi banyak industri lewat otomatisasi antar mesin.
Dari kedua contoh di atas, Anda bisa melihat pola yang sama yaitu komunikasi dua arah antara dua perangkat. Jumlah perangkat juga menjadi salah satu perbedaan M2M dan IoT yang akan kita bahas lebih lengkap di bagian selanjutnya.
Contoh lain pun bisa Anda temukan di banyak mesin otomatis masa kini. Jika mesin tersebut berkomunikasi dengan mesin lain lewat internet, maka mesin tersebut termasuk dalam M2M.
Apa itu IoT?
Internet of Things (IoT) bentuk evolusi dari M2M, yaitu banyak perangkat berbeda yang berkomunikasi secara global dengan memanfaatkan jaringan wireless. Jadi, perangkat apapun yang saling terhubung via cloud termasuk dalam kategori IoT.
Jenis jaringan yang digunakan juga merupakan salah satu perbedaan M2M dan IoT.
Konsep dasarnya pun sama, yaitu konektivitas antar perangkat. Namun IoT punya segudang fitur canggih berkat teknologi cloud computing. Yang paling unggul dari IoT adalah kemampuan self-learning dan decision making. IoT bisa belajar secara mandiri dan menjadi semakin cerdas lewat pemrosesan data untuk mengambil keputusan yang lebih baik.
Interaksi antar perangkat IoT terjadi dengan cepat, masif, dan fleksibel. Skala dan kecepatan IoT tidak mungkin Anda dapatkan dari M2M. Inilah yang menjadi karakteristik khusus IoT yang membedakannya dari M2M.
Untuk penggunaan pribadi, IoT yang paling umum adalah perangkat smart home. Contohnya seperti Alexa dan Google Home. Kedua perangkat ini menawarkan banyak solusi cerdas untuk meningkatkan kenyamanan Anda di rumah.
IoT juga banyak digunakan untuk level enterprise. Beberapa fungsi IoT untuk kegiatan bisnis, antara lain:
- Monitoring temperatur kargo
- Melacak pengiriman paket
- Evaluasi performa karyawan
- Manajemen supply dan permintaan
- Mempelajari perilaku konsumen
Kustomisasi IoT terus dilakukan untuk mengatasi berbagai kendala dan inefisiensi dunia industri. Bahkan banyak pakar memprediksi bahwa IoT akan mendominasi dunia bisnis masa depan.
Perbedaan M2M dan IoT
Sebelum membahas perbedaan antara M2M dan IoT, Anda harus ingat bahwa IoT adalah bagian dari M2M. Hanya saja, Anda perlu menentukan apakah Anda cukup menggunakan M2M, atau perlu diperluas ke IoT?
Untuk itulah kita perlu mengetahui hal-hal apa saja yang membedakan IoT dari M2M.
1. Konektivitas
Perbedaan M2M dan IoT yang pertama adalah konektivitas.
M2M hanya menyajikan interaksi antara 2 perangkat dalam satu waktu. Kalau pun operasi memerlukan lebih dari 1 perangkat, komunikasi akan terjadi satu per satu secara berurutan. Sekilas, pola M2M memang terkesan jadul. Tapi pada banyak kasus, kesederhanaan pola ini justru menjadi keunggulan M2M dibandingkan IoT.
Keterbatasan ini sama sekali bukan masalah bagi IoT. Dengan IoT, Anda bisa menyambungkan banyak perangkat sekaligus. Komunikasi pun terjadi secara langsung, satu perangkat dapat berinteraksi dengan banyak perangkat lain pada waktu yang sama.
2. Skalabilitas
Perbedaan M2M dan IoT yang kedua adalah skalabilitas.
Dalam model M2M, Anda tidak bisa leluasa memperluas jaringan perangkat. Setiap perangkat baru yang tersambung memerlukan instalasi manual. Hal ini tentu saja memerlukan waktu, biaya, dan usaha yang juga perlu masuk dalam kalkulasi.
Sebaliknya, IoT menawarkan skalabilitas tanpa batas. Anda bisa menambah perangkat sebanyak mungkin dengan langkah instalasi yang nyaris instan. Begitu tersambung ke Wi-Fi, perangkat baru Anda bisa langsung berkolaborasi dengan perangkat lain.
Perbedaan yang kentara bisa Anda lihat pada instalasi mesin ATM versus smart home devices. Sebuah mesin ATM memerlukan seorang teknisi untuk melakukan instalasi manual. Sedangkan smart home device hanya perlu Anda sambungkan ke Wi-Fi untuk dapat langsung menggunakannya.
3. Jaringan
Perbedaan M2M dan IoT yang ketiga adalah jaringan.
Memang terdengar sepele, tapi jenis jaringan juga menentukan apakah perangkat Anda termasuk M2M atau IoT.
M2M hanya perlu koneksi internet. Tak peduli apakah Anda menggunakan kabel atau wireless.
Sementara IoT wajib menggunakan wireless. Perangkat seluler pun turut berperan dalam menjalankan IoT. Antara bluetooth ponsel, wifi smart home, dan perkakas canggih seperti AC dan kulkas modern, semua harus saling terkoneksi secara wireless untuk memanjakan penghuni rumah.
M2M VS IoT, Pilih yang Mana?
Tidak ada yang terbaik antara M2M dan IoT. Semuanya tergantung pada kebutuhan Anda.
Karakteristik M2M dan IoT menawarkan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dengan mempertimangkan perbedaan M2M dan IoT, Anda bisa memilih solusi terbaik untuk kebutuhan Anda.
Anda sebaiknya memilih M2M jika:
- Perangkat Anda hanya memerlukan komunikasi point-to-point
- Jenis interaksi sederhana dan berulang
- Tidak harus atau tidak tersedia jaringan Wi-Fi
- Tidak memerlukan skalabilitas ekstra
- Perlu isolasi untuk meningkatkan keamanan
Atau Anda lebih baik memilih IoT jika:
- Memerlukan sinkronisasi real-time dari banyak perangkat berbeda
- Harus menggunakan dan tersedianya jaringan Wi-Fi
- Perlu komunikasi antara lebih dari 2 perangkat berbeda
- Butuh skalabilitas besar dan instalasi yang mudah
- Software dan data Anda harus kompatibel di banyak perangkat
Dari segi biaya, M2M versus IoT agak sulit dikalkulasi. Secara umum, teknologi IoT memang lebih mahal dari M2M.
Tapi walaupun lebih murah, M2M memerlukan biaya dan waktu ekstra untuk instalasi dan maintenance. Hal ini berpotensi menyebabkan pembengkakan anggaran dalam pengembangan M2M.
Kembali lagi ke teori awal: pilih M2M atau IoT, semua tergantung kebutuhan Anda.
Kesimpulan
Sampai sini, Anda sudah memahami karakteristik M2M dan IoT. Perbedaan antara keduanya pun dapat Anda lihat baik dari segi koneksi, skalabilitas, maupun jaringan.
Walaupun terkesan ketinggalan jaman, teknologi M2M masih banyak diandalkan. Terutama untuk mesin-mesin yang memerlukan keamanan ekstra. Analoginya seperti keamanan smartphone terbaru versus ponsel jadul. Mana yang lebih rentan diretas? Anda bisa menyimpulkannya sendiri.
Terakhir, berkaitan dengan opsi M2M VS IoT, Anda perlu menyesuaikannya dengan kebutuhan. IoT ideal untuk kebutuhan modern, namun M2M juga punya nilai plus yang perlu dipertimbangkan.
Dari perbedaan M2M dan IoT, Anda bisa menebak ke arah mana teknologi masa depan akan melaju.