Anda mungkin sudah familiar dengan penerapan IoT yang menghasilkan jargon smart: smart home, smart city, smart vehicle, smart energy, dan masih banyak lagi. Tapi apakah Anda pernah mendengar istilah smart hospital hasil implementasi IoT kesehatan?
Ya, IoT di bidang kesehatan memang belum seluas sektor lain. Data dari IoT Analytics menunjukkan bahwa IoT kesehatan berada di rangking 7 dari 10 sektor IoT global. Hal ini merupakan indikasi bahwa penerapan IoT dalam bidang kesehatan perlu mendapat perhatian lebih.
Di Indonesia sendiri, implementasi IoT dalam bidang kesehatan masih sangat minim. Padahal IoT bisa menjadi solusi untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan secara signifikan.
Kabar baiknya, kita bisa mengambil contoh IoT dalam bidang kesehatan dari negara lain. Mari kita jelajahi konsep smart hospital yang menjadi cikal-bakal smart healthcare di masa depan.
Contents
6 Aplikasi IoT Kesehatan
Banyak negara yang sudah merasakan manfaat IoT dalam bidang kesehatan. Setidaknya, ada 6 implementasi yang bisa kita pelajari. Sebagian diantaranya sudah terealisasi, namun ada juga yang masih dalam tahap riset dan pengembangan.
1. Mengurangi Waktu Tunggu Ruang Darurat
Situasi darurat medis perlu penanganan secepat mungkin. Tapi bagaimana jika prosedur pemesanan ruang darurat tidak secepat yang dibutuhkan pasien? Konsekuensi yang timbul bisa sangat fatal: kematian.
Hal inilah yang menjadi alasan Mt. Sinai Medical Center di New York menggunakan IoT kesehatan untuk manajemen ruang darurat. Pasca implementasi, waktu tunggu ruang darurat di rumah sakit tersebut berhasil dipercepat sampai 50%. Fantastis!
Dengan automasi manajemen ruang tunggu, pasien bisa mendapatkan penanganan lebih cepat. Hasil akhirnya pun sangat melegakan: lebih banyak nyawa berhasil terselamatkan.
2. Memantau Kondisi Pasien Secara Remote
Pada kondisi tertentu, pasien terkadang memerlukan rawat jalan. Check-up rutin pun menjadi hal wajib yang tak boleh terlewatkan. Padahal banyak pasien yang sulit bepergian, misalnya pasien lanjut usia, cedera berat, dan lain sebagainya.
Tentu tidak efisien jika pasien harus berkunjung ke rumah sakit secara rutin. Belum lagi waktu menunggu antrian yang terkadang memaksa pasien menahan sakit.
Tenang saja, IoT menawarkan solusi untuk mengatasi hal ini. Salah satu fungsi IoT yang perlu segera diadopsi rumah sakit adalah remote monitoring. Istilah yang lebih populer untuk teknologi ini adalah telehealth.
Dengan telehealth, dokter bisa memantau kondisi pasien tanpa perlu bertatap muka. Sehingga pasien tidak harus datang ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan. Solusi ini akan sangat memudahkan pasien yang mengalami kesulitan mobilitas.
3. Memantau Kondisi Peralatan Medis
Apa jadinya jika peralatan rumah sakit mengalami kegagalan fungsi? Resiko gangguan listrik atau kerusakan komponen bisa berakibat sangat fatal. Terutama untuk peralatan kritis yang banyak dipakai di ICU dan ruang operasi.
Menanggapi hal ini, para pelaku IoT kesehatan mulai menggagas teknologi untuk memantau kinerja alat medis. Salah satunya adalah Philips yang memproduksi e-Alert, sebuah alat monitoring hardware rumah sakit.
Teknologi ini seharusnya segera diterapkan untuk memastikan semua alat medis bekerja dengan baik. Sebagai sektor yang berurusan dengan nyawa manusia, tentu saja rumah sakit perlu segera berinovasi dalam pemantauan perangkat kritis.
4. Mengawasi Staff, Pasien, dan Inventaris
Manajemen rumah sakit adalah bidang yang kompleks. Banyaknya bagian, staff, pasien, dan peralatan adalah hal yang tidak mudah untuk diawasi. Belum lagi pengunjung dan keluarga pasien yang juga tidak boleh luput dari pengawasan.
Metode pengawasan konvensional dengan CCTV dan tenaga manusia tentu kurang memadai. Rumah sakit memerlukan sebuah teknologi surveillance yang mampu bekerja secara real-time, akurat, dan tentu saja otomatis.
Di sinilah IoT mengambil peran. Dengan sistem tracking yang memudahkan rumah sakit mengawasi orang dan barang, maka seluruh aktivitas di area rumah sakit pun menjadi lebih terpantau.
Semuanya bekerja secara otomatis. Tidak perlu lagi menugaskan tenaga keamanan khusus untuk mengawasi monitor CCTV – yang terbukti kurang efektif. Pihak rumah sakit akan langsung mendapatkan alert dari IoT apabila ditemukan hal-hal yang tidak wajar.
Tidak hanya berorientasi bisnis, pengawasan rumah sakit juga bertujuan untuk menjamin keselamatan pasien. Situasi yang kondusif tentu dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal.
Begitu juga dengan inventaris, semua alat medis untuk menangani pasien harus berada di tangan orang yang tepat. Jika semua aspek rumah sakit terpantau dengan baik, maka pelayanan pun tidak akan menemui kendala.
Semua itu hanya bisa terwujud dengan implementasi IoT.
5. Manajemen Obat
Pernahkah Anda membayangkan sebuah pil yang dilengkapi dengan sensor super kecil masuk ke tubuh Anda? Dulu, hal semacam ini hanya ada di cerita science fiction. Tapi hari ini, dengan IoT kesehatan, teknologi sensor mikroskopik sudah ada di depan mata.
Konsepnya seperti ini. Sebuah sensor berukuran sangat kecil diletakkan di sebuah pil. Saat pasien meminum pil tersebut, sensor akan masuk ke tubuh pasien untuk menjalankan tugas pengawasan.
Lewat sensor tersebut, dokter bisa memeriksa kedisiplinan pasien dalam mengkonsumsi obat. Dokter juga bisa mengetahui apakah pasien menggunakan dosis yang tepat. Dalam jangka panjang, dokter juga lebih mudah membuatkan resep sesuai perkembangan kondisi pasien.
Tidak hanya dari sisi dokter, pasien pun dapat memantau perkembangan kesehatannya sendiri. Sensor IoT pada pil akan terhubung ke smartphone pasien. Sehingga pasien bisa mengetahui hasil pengobatan yang mereka jalani.
Teknologi ini memang masih dalam tahap pengembangan. Tapi di masa depan, pil sensorik mungkin menjadi inovasi medis yang tak terelakkan. Tenang saja, ini bukanlah hal yang menyeramkan seperti hoax bahwa Bill Gates melacak kita melalui vaksin.
6. Mendeteksi Penyakit Kronis
Penyakit kronis adalah momok bagi semua orang. Sebut saja kanker, tumor, dan kawan-kawannya. Sayangnya, sampai saat ini belum ada teknologi yang mampu menangani penyakit kronis dengan maksimal.
Sudah tak terhitung lagi berapa banyak penderita penyakit kronis yang terlambat dideteksi. Padahal deteksi awal sangat penting bagi kesembuhan pasien.
WHO bahkan menerbitkan publikasi khusus berjudul “Guide to Early Cancer Diagnosis”, mengingat pentingnya deteksi dini penyakit kanker. Hal yang sama juga berlaku untuk penyakit kronis lain.
Opsi terbaik untuk mempercepat teknologi deteksi dini penyakit kronis adalah IoT. Memang belum ada IoT yang bekerja khusus untuk mendeteksi penyakit. Tapi setidaknya sudah ada beberapa inovasi yang mengarah ke sana.
Salah satunya adalah Fitbit, sebuah alat untuk memantau kesehatan individu. Data dari Fitbit bisa menjadi pertimbangan penting dokter untuk mendeteksi penyakit kronis berulang.
Selain Fitbit, ada juga Health Net Connect yang meluncurkan program bertajuk “Population Diabetic Program”. Ada 2 aktivitas utama program ini:
- Pemantauan penderita diabetes
- Edukasi pencegahan diabetes pada masyarakat
Lewat Population Diabetic Program, Health Net Connect berharap dapat meningkatkan pelayanan klinis dan meringankan biaya perawatan penderita diabetes.
Ke depannya, kita menantikan lebih banyak inovasi IoT di bidang deteksi penyakit kronis. Sehingga suatu hari nanti, sebuah IoT akan mampu mendeteksi keberadaan penyakit secara akurat sejak stadium awal.
Implementasi IoT Kesehatan di Indonesia
Mengacu pada jurnal IoT kesehatan dari Kominfo berjudul “Implementasi Internet Of Things Untuk Sektor Kesehatan”, Indonesia sebenarnya sudah siap mengadopsi IoT. Dari faktor budget misalnya, biaya untuk IoT tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan total anggaran Kementerian Kesehatan.
Jika memang terdapat kendala, semua pihak seharusnya duduk bersama untuk menemukan solusinya. Kolaborasi pemerintah, rumah sakit, praktisi IT, dan masyarakat adalah komposisi untuk mempercepat implementasi smart hospital dan smart healthcare.
Semoga masyarakat Indonesia bisa segera merasakan manfaat IoT kesehatan secara luas, berkualitas, dan terjangkau.