IoT sebagai Pilot Revolusi Industri 4.0
Apa hubungan IoT dengan revolusi industri 4.0?
Anda pasti sudah sering mendengar berita tentang industri 4.0. Secara awam, industri 4.0 tentu berhubungan dengan digitalisasi. Saat ini pun dunia sedang gencar-gencarnya mengadopsi teknologi di semua bidang.
IoT sendiri berhasil merevolusi hampir keseluruhan proses bisnis. Mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi, sampai distribusi barang jadi.
Semua pencapaian tersebut berbasis pada sensor cerdas, komunikasi di sektor vital, automasi, dan robotik. Adopsinya sangat luas, meliputi pertambangan, pengiriman, hingga manufaktur elektronik, otomotif, dan petrokimia.
Tapi mengapa kita belum juga sampai di era industri 4.0? Apa yang belum terpenuhi dari standar 4.0 saat ini? Dan apa sebenarnya industri 4.0 itu?
Anda akan mendapatkan semua jawabannya di artikel ini.
Sejarah Revolusi Industri
Sepanjang sejarah, dunia sudah mengalami tiga kali revolusi industri.
Revolusi Industri 1.0
Bermula di Britania sekitar tahun 1760 sampai 1820 atau 1840. Revolusi pada era ini berfokus pada mekanisasi industri tekstil melalui transisi dari peralatan tangan ke mesin.
Indikasi lainnya terlihat dari pengenalan tenaga uap dan sistem pabrik. Semuanya bergabung membentuk budaya kerja baru di berbagai industri, yaitu:
- Sentralisasi produksi
- Pembagian kerja
- Penggunaan bagian yang dapat dipertukarkan
Budaya baru ini kemudian diikuti dengan produksi baja, kimia, dan minyak bumi secara massal.
Revolusi Industri 2.0
Jika revolusi industri 1.0 bermula dari industri tekstil, era industri 2.0 berangkat dari industri otomotif. Penggerak utama revolusi industri 2.0 adalah sistem perakitan berantai.
Perlu Anda ketahui, sebelum era industri 2.0, cara kerja pabrik sangat jauh berbeda dengan yang kita kenal saat ini. Pada waktu itu, setiap pekerja umumnya mengerjakan 1 unit produk dari awal sampai selesai.
Karena kurang efisien, Henry Ford kemudian memperkenalkan model T pada tahun 1913. Dalam model T, setiap pekerja hanya bertugas mengerjakan bagian tertentu dari sebuah produk.
Inilah yang disebut dengan produksi berantai. Bakal produk seolah berjalan di atas sebuah rel melewati beberapa perhentian sampai keluar dari rel dalam bentuk barang jadi.
Mari kita ambil contoh dari proses perakitan mobil. Jika menerapkan model T, maka pekerja yang berada di perhentian pertama bertugas untuk merakit chasis. Setelah chasis selesai, produksi dilanjutkan ke perhentian kedua, anggaplah pemasangan mesin. Proses ini terus berjalan sampai keluar dari rel produksi dalam wujud mobil siap pakai.
Walaupun Henry Ford diakui sebagai pencetus sistem produksi ini, rupanya Ransom Olds, pendiri the Olds Motor Vehicle Company, sudah menggunakan metode serupa sejak tahun 1903.
Revolusi Industri 3.0
Kali ini berawal dari sebuah buku berjudul “The Third Industrial Revolution: How Lateral Power is Transforming Energy, the Economy, and the World” karya Jeremy Rifkin.
Dalam buku tersebut, Rifkin berpendapat bahwa revolusi industri 3.0 bertumpu pada inovasi di bidang telekomunikasi dan sumber energi terbarukan. Kombinasi kedua hal tersebut akan mengubah kekuatan sosial, ekonomi, dan politik yang akhirnya berimbas pada semua bidang.
Walaupun inovasi teknologi semakin agresif, hubungan IoT dengan revolusi industri 4.0 masih belum terlihat bahkan hingga revolusi industri ketiga.
Hubungan IoT dengan Revolusi Industri 4.0
Pada sebuah presentasi di acara bertajuk “Institute of Electrical and Electronics Engineers Wireless Communications and Networking Conference” di San Fransisco, Marcus Weldon selaku presiden Bell Labs dan CTO Nokia mengungkapkan beberapa hal terkait industri 4.0.
Weldon berpendapat bahwa kita sedang berada di ambang sebuah revolusi industri baru. Namun revolusi kali ini tidak terjadi dari sisi konsumen, melainkan dari sisi transformasi industri yang darinya konsumen akan diuntungkan.
Weldon mengambil contoh dari perangkat wearable seperti smartwatch yang mampu menghasilkan data medis penting. Dengan teknologi semacam ini, dunia industri dapat mendulang pemasukan lewat keuntungan konsumen.
Ke depannya, akan lebih banyak perangkat serupa dengan fokus kerja yang lebih bervariasi. Semuanya berfokus pada keuntungan konsumen, dari sanalah industri akan bergerak menuju revolusi industri 4.0.
Industri 4.0
Menurut Mckinsey, industri 4.0 adalah fase digitalisasi tingkat lanjut di sektor manufaktur. Terdapat 4 hal yang mendasari industri 4.0, yaitu:
- Peningkatan volume data, kekuatan komunikasi dan konektivitas. Terutama jaringan low-power wide-area (LoRa)
- Kemampuan analitik dan business-intelligence (BI)
- Bentuk interaksi baru antara manusia dengan mesin. Contohnya seperti teknologi antarmuka sentuh dan Augmented Reality (AR)
- Meningkatnya transfer instruksi digital ke dunia fisik seperti teknologi printing 3 dimensi dan robot canggih
McKinsey juga mengungkapkan pendapat tentang tiga revolusi industri yang terjadi sebelumnya, yaitu:
- Efisiensi sistem manufaktur. Toyota tampil sebagai pionir dengan menyederhanakan proses produksi serta mengeliminasi proses yang tidak perlu
- Outsourcing produksi ke negara-negara yang memiliki biaya upah rendah
- Pengenalan automasi proses produksi sekitar tahun 2000
Semua hal yang berkaitan dengan automasi dan efisiensi di revolusi keempat jelas mengandalkan IoT. Di sini sudah terlihat hubungan IoT dengan revolusi industri 4.0.
Jika industri 4.0 adalah istilah berskala global, Jerman punya istilah sendiri untuk menggambarkan peran negara tersebut bagi revolusi industri. Istilah tersebut adalah Industrie 4.0.
Industri 4.0
Jerman berambisi untuk menjadi pemimpin di bidang IoT dalam rangka menyongsong industri 4.0. Lewat program Industri 4.0, pemerintah Jerman mengakselerasi adopsi IoT di bidang manufaktur.
Germany Trade and Invest menyebutnya sebagai strategi untuk membawa Jerman menjadi pemimpin pasar dan penyedia solusi manufaktur canggih. Industrie 4.0 merepresentasikan 2 hal:
- Pengalihan dari sistem produksi terpusat ke desentralisasi
- Penggunaan mesin terkomputerisasi, sistem dan jaringan yang mampu bertukar informasi dan merespon data secara otomatis guna mengendalikan proses produksi
Poin kedua menggambarkan hubungan IoT dengan revolusi industri 4.0 dengan sangat jelas. Desentralisasi pun hanya dapat dilakukan dengan dukungan teknologi pintar yang mendukung kolaborasi jarak jauh, apa lagi jika bukan IoT?
Cisco menjalankan salah satu pusat inovasi mereka bernama openBerlin. Pusat inovasi ini berfokus pada inovasi bersama dan produksi prototype cepat di bidang manufaktur, logistik, dan transportasi.
Microsoft pun mengumumkan bahwa mereka akan membuka laboratorium IoT dan Artificial Intelligence (AI) di Munich, Jerman. Laboratorium tersebut akan bergabung dengan fasilitas serupa yang berlokasi di Redmond, Washington dan Shenzen, Cina.
IBM yang terkenal dengan salah satu produk AI cerdasnya bernama Watson untuk berbagai aplikasi ML dan IoT, juga mendirikan pusat IoT di Munich. Laboratorium senilai 200 miliar dolar tersebut menjadi fasilitas bagi para partner IBM untuk berkolaborasi dengan karyawan IBM yang fokus pada pengembangan IoT.
Pada hari pembukaan, Harriet Green selaku manajer utama IBM Watson, mengatakan bahwa IBM selalu percaya bahwa hanya ada satu cara untuk memaksimalkan potensi transformasi teknologi, yaitu secara bersama-sama.
Era Industri 4.0 Sudah di Depan Mata
Sekarang, Anda sudah mendapatkan jawaban tentang apa itu industri 4.0 dan di mana posisi kita saat ini. Adopsi IoT yang semakin masif merupakan indikasi positif bahwa industri 4.0 akan segera kita alami.
IoT revolusi industri akan menjadi penggerak roda ekonomi di masa depan. Bahkan, tidak menutup kemungkinan bahwa teknologi robot berbasis sensor IoT akan mendominasi proses produksi. Sesuatu yang selalu menjadi pro-kontra semua orang.
Memang belum jelas kapan hal tersebut bisa benar-benar terwujud. Untuk saat ini, kita dapat menyimpulkan bahwa hubungan IoT dengan revolusi industri 4.0 adalah sesuatu yang tak terpisahkan.