Masa depan IoT adalah topik yang merangsang para pakar untuk membuat prediksi. Sebagian dari prediksi tersebut merupakan pengembangan dari teknologi yang sudah ada sekarang, ditambah dengan inovasi baru yang mungkin saat ini masih berupa prototype.
Terlepas dari jenis teknologi apa yang mendominasi nanti, ada satu hal yang dapat kita pastikan: semuanya pasti mengandalkan IoT. Kami telah membuat sebuah ilustrasi tentang seperti apa dunia di tahun 2067 nanti.
Membayangkan Masa Depan IoT 2067
John terbangun dari tidurnya menjelang jam 4 pagi. Ia masih punya waktu 1 jam sebelum berangkat ke Washington D.C.
Sebagai sejarawan teknologi, John memutuskan untuk mengendarai Ford. Ia berpikir bahwa waktu tempuh mobil tidak terpaut jauh dari pesawat, apalagi ia takut untuk terbang.
Jika John membutuhkan kecepatan, Hyperloop mungkin adalah pilihan terbaiknya. Tapi ia lebih suka mengendarai mobil karena sensasi nostalgia romantis yang didapatkannya.
John cukup terkesima membayangkan orang-orang jaman dulu mengendarai mobil puluhan ton semacam ini secara manual tanpa alat bantu komputer, apalagi autonomous driving yang sudah menjadi standar di masanya.
Untuk menemani perjalanan, John meminta Sammy, asisten virtualnya untuk menampilkan sebuah artikel.
“Berikan aku sesuatu yang menarik”, kata John.
Sammy sangat memahami karakter John, ia pun menawarkan sebuah artikel berjudul Communication Sub-Ecosystems: A History.
Namun hari itu, John tampaknya sedang tidak tertarik dengan bacaan berat. “Sammy, sepertinya aku membutuhkan sesuatu yang lebih ringan.”
Sammy pun menawarkan alternatif lain untuk John, sebuah artikel berjudul “Kilas Balik: Nocola.co.id Memprediksi 2067 Pada Tahun 2022”.
Kalimat pertama artikel itu berbunyi, “IoT Sedang Mengubah Dunia Kita Lewat Cara yang Dramatis”. John pun tertawa terbahak-bahak membacanya.
Di luar jendela, John melihat sebuah proyek konstruksi raksasa. John tidak dapat melihat mandornya, tapi ia yakin mereka ada di sana. Selalu ada dua atau tiga orang berhelm kuning yang meneriaki mesin-mesin otomatis untuk menjalankan instruksi dari arsitek.
John pun teringat situasi konstruksi di masa mudanya, bagaimana sebuah proyek dikerjakan oleh puluhan orang yang mengerjakan semua bagiannya secara manual.
Sedangkan saat ini, hanya dibutuhkan dua hingga tiga orang sebagai mandor, tangan mereka jarang sekali kotor. Mereka hanya perlu mengunggah rancangan konstruksi ke server proyek, kemudian alat-alat otomatis akan mengerjakan detailnya: forklift, crane, truk, traktor, dan lain sebagainya.
Mandor hanya perlu memastikan bahwa semuanya berjalan sesuai rencana tanpa perlu bersentuhan dengan semen dan pasir. Usai mengamati proyek dari kejauhan, John pun kembali pada artikel yang sedang ia baca.
Dalam artikel tersebut, seorang pakar berpendapat bahwa “setiap orang akan ditanami chip. Baik sejak lahir maupun pada masa setelahnya, semua orang akan berakhir dengan chip. Pada akhirnya, manusia akan menjadi sensor IoT.”
Membaca opini tersebut, John pun menatap ke jemari tangannya. Terdapat lingkaran tipis di masing-masing ujungnya: Apple Digits. Perangkat itu membuat John bisa menampilkan sebuah halaman holografis, menyatukan dunia nyata dengan dunia virtual, sesuatu yang dahulu hanya ada di film-film science-fiction.
Kabarnya, tahun depan Apple Digits menawarkan fungsionalitas ‘hangat’ dan ‘dingin’. Jika kabar itu benar, John akan melakukan upgrade chip untuk mendapatkan fungsi tersebut. Oh ya, satu hal lagi, sesuatu yang dahulu disebut sebagai chip, sekarang lebih populer sebagai perangkat bernama Connected.
Perangkat chip ini removable, artinya Anda bisa lepas-pasang Connected dari tubuh Anda dengan mengunjungi Genius Bar. Menariknya, tidak ada paksaan sama sekali untuk memakai Connected. Namun fungsi dan manfaatnya menjadi alasan besar mengapa orang-orang tertarik untuk memakainya.
Fenomena Connected ini hampir sama dengan era smartphone. Dahulu, banyak yang menyuarakan efek negatif smartphone, baik secara fisik, psikis, maupun sosial. Tapi bagaimanapun juga, semua orang tetap menggunakan smartphone karena sudah menjadi bagian dari kebutuhan dan standar hidup.
Bagian menarik lain dari artikel tersebut adalah sebuah kalimat yang berbunyi “internet akan membuat segalanya lebih efisien”.
John sudah sangat jarang mendengar kata ‘internet’. Di masa itu, posisi internet sama seperti jaringan pipa atau kabel listrik. Jaringan itu akan selalu ada, tapi sudah tidak lagi menjadi fokus utama.
Namun ada satu kekhawatiran besar mengenai IoT dan masa depan: keamanan. Sejak puluhan tahun yang lalu, semua orang khawatir terhadap risiko keamanan yang semakin fatal seiring dengan semakin masifnya adopsi teknologi di sektor-sektor strategis.
Topik keamanan digital pun membangkitkan ingatan John pada kejadian Screen Door Day Attack pada tanggal 28 Juni 2023. Saat itu, sebuah botnet komputer kuantum berhasil melakukan dekripsi terhadap data-data finansial.
Jutaan kata sandi pengguna tersebar. Hanya dalam waktu semalam, ratusan ribu saldo Bank terkuras. Otoritas pun terpaksa membekukan transaksi selama 7 hari dan perlu waktu beberapa bulan untuk mengembalikan semua dana nasabah.
Tidak lama kemudian, pemerintah mewajibkan enkripsi data kuantum terhadap semua transmisi dan penyimpanan data finansial. Abstraksi layer kriptografi pun meningkatkan level keamanan hingga beberapa tingkat.
John kemudian bertanya pada Sammy, “Berapa menit lagi kita bisa sampai rumah?”. Sammy menjawab dengan yakin, “dua puluh menit”. John pun bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya.
Lima menit dari rumah, Sammy akan membawa mobil ke garasi yang pintunya akan terbuka dan tertutup secara otomatis. Saat John memasuki rumah, lampu akan menyala.
Secangkir kopi akan tersaji di atas meja kapanpun John menginginkannya tanpa harus memberi perintah. Semua itu berkat Sammy yang terus mempelajari kebiasaan John. Saat Sammy ragu apakah John ingin kopi atau tidak, Sammy akan bertanya.
Saat malam tiba, John akan menenggelamkan dirinya ke tempat tidur. Alarm akan mengatur dirinya sendiri secara otomatis sesuai jadwal harian dan agenda John pada hari itu.
Saat John siap untuk tidur, ia akan menjentikkan jarinya. Cat pintar akan mematikan lampu kamar dan menutup bayangan agar John bisa tidur dengan nyenyak.
Walaupun banyak hal bergantung pada kecerdasan AI dan IoT, manusia membuktikan keterbatasan pada implementasinya. Teknologi hanya mampu mengerjakan tugas-tugas repetitif yang membosankan seperti menyetir, mengelola rumah, atau mengecat tembok gedung.
Sedangkan untuk tugas-tugas seni dan kreativitas seperti melukis atau membuat lelucon, AI terbukti masih jauh dibawah level manusia. Ada unsur kultural humanis yang tidak akan pernah berada dalam jangkauan teknologi.
Bagaimanapun juga, teknologi akan semakin mendominasi dari waktu ke waktu. Selalu ada pro-kontra pada setiap inovasi, namun menolak teknologi adalah langkah yang terbukti mustahil.
Tugas kita adalah belajar bijak dalam menyikapi dan menggunakan teknologi agar tidak menjadi bumerang yang merugikan diri sendiri.
Jika terdapat kekurangan dan kesalahan, sebagaimana yang terjadi pada Screen Door Day Attack, yang perlu kita lakukan adalah memperbaiki dan terus menyempurnakannya untuk mencegah hal serupa terjadi di masa depan.
Hanya dalam kurun waktu 45 tahun (2022-2067), perubahan pada dunia sudah sangat signifikan dan terus mengalami percepatan. Mungkin pada tahun 2100 mendatang, dunia benar-benar akan berada pada puncak teknologi yang menjadi utopia manusia 2000-an.